Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menanti Penuntasan Kasus HAM di Era Jokowi

Kompas.com - 21/03/2016, 06:50 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Janji pemerintah untuk menuntaskan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM) pada masa lalu, selalu ditagih.

Kepada setiap rezim, kala pemerintahan berganti.

Pada pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Jaksa Agung H.M Prasetyo memunculkan opsi rekonsiliasi.

Pilihan ini ditolak keras oleh aktivis dan keluarga korban pelanggaran berat HAM.

Berbagai upaya telah dilakukan Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) sejak berdiri 18 tahun lalu.

Saat ini, mereka "mengemis" perhatian pemerintah, khususnya Presiden Joko Widodo. 

"Kami minta ketemu Presiden melalui Johan Budi. Tapi belum ada respons. Semuanya diam," kata Koordinator Kontras, Haris Azhar, saat ditemui di Jakarta, Minggu (20/3/2016).

Haris mengaku pernah menemui Menteri Koordinator Politik, Hukum, dan HAM, Luhut Binsar Panjaitan.

Menurut dia, Luhut setuju dengan adanya penyelesaian pelanggaran HAM masa lalu.

Namun, hingga kini, tak ada pengungkapan fakta yang menjadi dasar mulainya penanganan perkara di Kejaksaan Agung.

Jaksa Agung H.M Prasetyo juga pernah diajak membahas soal ini. Akan tetapi, yang ditawarkan adalah upaya rekonsiliasi dengan keluarga para korban.

"Negara harus mengungkap faktanya bahwa peristiwa ini benar terjadi. Juga memperbaiki kondisi masyarakat dan korban atas peristiwa itu," kata Haris.

Ia menekankan, pemerintah tak punya alasan untuk menutup rapat sejumlah pelanggaran HAM di masa lalu.

Komnas HAM sudah melakukan penyelidikan untuk membuktikan adanya dugaan pelanggaran HAM. Hasilnya, pelanggaran itu benar adanya.

Haris mengaku heran jika fakta tersebut seolah diabaikan pemerintah untuk mengusut tuntas kasus tersebut.

"Karena banyak penjahat pelanggaran HAM di sekitar Jokowi. Secara politik presiden berlindung di balik kekuasaan tentara supaya tidak dijatuhkan. Itu yang membuat dia jadi susah menindak," kata Haris.

Meski pemerintah "melempem", Haris masih berharap pemerintah terketuk dengan desakan penuntasan yang terus disuarakan.

Kontras, kata dia, tidak akan berhenti menyuarakan isi hati keluarga korban demi pertanggungjawaban atas nyawa-nyawa yang hilang.

Setidaknya, ada tujuh kasus pelanggaran berat HAM yang sedang ditangani kejaksaan. Ketujuh kasus itu adalah Trisakti, Semanggi 1, Semanggi 2, Wasior, Talangsari, kasus 1965, dan penembakan misterius (petrus).

Kejaksaan Agung mengupayakan penyelesaian kasus-kasus tersebut melalui rekonsiliasi karena alat bukti sulit ditemukan, dan pelaku dianggap sudah tidak ada (meninggal dunia).

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasdem Kaji Duet Anies-Sahroni di Pilkada Jakarta

Nasional
PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

PDI-P Tuding KPU Gelembungkan Perolehan Suara PAN di Dapil Kalsel II

Nasional
Demokrat Tak Ingin Ada 'Musuh dalam Selimut' di Periode Prabowo-Gibran

Demokrat Tak Ingin Ada "Musuh dalam Selimut" di Periode Prabowo-Gibran

Nasional
Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Maju di Pilkada Jakarta atau Jabar, Ridwan Kamil: 1-2 Bulan Lagi Kepastiannya

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com