Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Banyak Pemda Langgar Kebebasan Beragama, Ini Komentar Mendagri

Kompas.com - 23/02/2016, 19:07 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Berdasarkan hasil pemantauan Wahid Institute, sejumlah 190 peristiwa pelanggaran kebebasan beragama terjadi pada 2015.

Sebanyak 52 persen atau 130 tindakan di antaranya dilakukan oleh pelaku yang berasal dari unsur negara. Pemerintah daerah, baik kota maupun kabupaten, menjadi aktor kedua terbanyak yang melakukan praktik intoleransi tersebut, yaitu sebanyak 11 peristiwa.

Terkait banyaknya oknum pemerintah daerah yang nelakukan praktik tersebut, Menteri Dalam Negeri Tjahjo Kumolo menganggapnya wajar.

Menurut Tjahjo, selama ini banyak pemerintah daerah yang begitu mudah membuat peraturan daerah. Bahkan tak sedikit Perda yang dikembalikan oleh pemerintah pusat karena isinya bertentangan dengan undang-undang di atasnya.

"Misal wanita kalau sendirian di atas pukul 22.00 ditangkap. Lah, kalau dia kerja sampai malam?" ucap Tjahjo di Balai Kartini, Jakarta Selatan, Selasa (23/2/2016).

"Lalu ada wali kota mau buat aturan di daerahnya semua perempuan harus berjilbab, padahal ada 9 persen penduduknya beragama non-muslim," lanjutnya.

Tjahjo pun mengaku tak segan memecat kepala daerah yang masih melakukan tindakan intoleransi atau membuat peraturan daerah sepihak yang dianggap melangkahi peraturan di atasnya.

"Sudah kami ingatkan. Tapi kalau tetap nekat ya kami coret," kata politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) itu.

Adapun beberapa aktor negara yang banyak melakukan tindakan pelanggaran kebebasan beragama selain pemerintah daerah berdasarkan hasil pemantauan Wahid Institute antara lain kepolisian (28 peristiwa), Satpol PP dan Kantor Kementerian Agama dengan masing-masing 8 tindakan.

Laporan pemantauan ini menggunakan pendekatan metode berbasis peristiwa (event-based methodology) untuk memantau dan menggali data.

Pengumpulan data dan analisis dalam penyusunan laporan dilakukan dalam beberapa metode.

Pertama, pemantauan terhadap pemberitaan media massa.

Kedua, berdasarkan informasi yang diberikan jaringan lembaga dan individu, pemantauan melalui saluran pengaduan yang dibangun Wahid Institute, serta analisis kuantitatif dan kualitatif.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Sinyal Kuat Eko Patrio Bakal Jadi Menteri Prabowo

Nasional
Yakin 'Presidential Club' Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Yakin "Presidential Club" Sudah Didengar Megawati, Gerindra: PDI-P Tidak Keberatan

Nasional
Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Taruna STIP Meninggal Dianiaya Senior, Menhub: Kami Sudah Lakukan Upaya Penegakan Hukum

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com