Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Dita dan Masinton Berbeda, Bagaimana Polisi Buktikan Siapa yang Bohong?

Kompas.com - 03/02/2016, 18:53 WIB
Fabian Januarius Kuwado

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Dita Aditia dan Masinton Pasaribu sama-sama memberikan pengakuan berbeda terkait memar di wajah kanan Dita. Dita yakin, Masintonlah yang memukulnya, sementara Masinton membantahnya.

Lantas, bagaimana penyidik Direktorat Tindak Pidana Umum Bareskrim Polri mengusut perkara ini?

"Masing-masing pihak mengatakan apa saja di luaran sana, sah-sah saja. Namun, penyidik punya tanggung jawab untuk dapat membuktikan mana yang bersalah, mana yang tidak," ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Brigjen Agus Rianto di Kompleks Mabes Polri, Rabu (3/2/2016).

Penyidik akan menuangkan keterangan Dita dan Masinton ke dalam berita acara pemeriksaan (BAP). Keterangan mereka akan disandingkan dengan keterangan saksi-saksi, terutama saksi yang ada di tempat kejadian.

(Baca: Dita Mengaku Pernah Dicekik dan Didorong ke Tembok Apartemen oleh Masinton)

"Apalagi, korban kan sudah (melalui pembuatan) visum. Seluruh data itu akan dicocokkan satu sama lain sehingga akan menemukan titik terang, siapa yang memukul," ujar Agus.

Penyidik rencananya akan memeriksa Dita terlebih dahulu. Permintaan keterangan akan dilakukan pada Kamis (4/2/2016) besok. Penyidik memanggil Dita bersama seorang rekannya. Sementara itu, penyidik belum memutuskan jadwal pemeriksaan Masinton.

(Baca: Dituduh Pukul Stafnya, Politisi PDI-P Masinton Pasaribu Dilaporkan ke MKD)

Sebelumnya, Masinton yang menjabat sebagai anggota Komisi III DPR fraksi PDI Perjuangan dilaporkan ke Badan Reserse Kriminal Polri atas tuduhan pemukulan terhadap staf ahlinya yang bernama Dita Aditya.

Pemukulan itu terjadi pada Kamis, 21 Januari 2016 malam. Sementara itu, Masinton berkilah. Ia membantah memukul Dita. Namun, Masinton mengakui adanya insiden yang menyebabkan Dita mengalami luka memar di bagian wajahnya.

Kompas TV Kasus Masinton Masuk MKD

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

 PAN Nilai 'Presidential Club' Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

PAN Nilai "Presidential Club" Sulit Dihadiri Semua Mantan Presiden: Perlu Usaha

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com