JAKARTA, KOMPAS.com — Kepala Pusat Kajian Keamanan dan Nasional Hermawan Sulistyo membantah bahwa peristiwa pengeboman di kawasan sekitar Sarinah, Jakarta Pusat, merupakan hasil rekayasa satu pihak. Menurut dia, terorisme merupakan kejahatan yang serius.
"Atas bom Thamrin ini saya sedih kalau dibilang rekayasa. Dibilang kaitannya dengan Amerika, dengan Freeport," ujar Hermawan di Jakarta, Jumat (22/1/2016).
Pengamat dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia itu mengatakan, sejak munculnya peristiwa tersebut, mulai bermunculan pengamat militer yang seolah mencari "panggung".
Padahal, kata Hermawan, para ahli maupun pengamat yang banyak berbicara di berbagai media itu tidak mengetahui persis kejadian di lapangan. (Baca: Hari Ini Seminggu Lalu, Bom Thamrin Ingatkan Kita Bahaya Terorisme)
Hermawan yang menyebut dirinya sebagai orang yang berprofesi di ruang sunyi ini pun menentang sejumlah tudingan rekayasa itu.
"Saya merasa ini rumah saya, malah orang ramai di medsos dengan cerita fiktif. Kami bukannya mau nyari panggung, tapi meluruskan yang di lapangan," kata Hermawan.
"Kalau dibilang ini rekayasa, kisah fiksi, ini orang-orangnya termasuk saya," lanjut dia sambil menunjuk sejumlah orang yang berdiri di bagian belakang ruangan diskusi. (Baca: Jokowi Perintahkan Tutup Semua Laman Penyebar Paham Radikal)
Di sana, ada beberapa orang memakai topi dan masker untuk menutupi wajahnya. Hermawan bilang, mereka merupakan polisi yang bertugas di lapangan saat kejadian.
Anggota Densus 88 Antiteror AKBP Untung Sangaji dan Ipda Tamat ikut hadir dalam diskusi itu. Adapun Hermawan berada di lokasi ledakan itu secara kebetulan. (Baca: Ini Strategi Pemerintah Cegah Penyebaran Paham Radikal di Lapas)
"Polisi ini bukan bagian dari rekayasa. Mereka yang bertaruh nyawa. Yang main medsos tolong hargai nyawa mereka," kata dia.
Hermawan menambahkan, muncul kesan adanya rekayasa peristiwa karena sejumlah polisi bersiaga di sekitar lokasi kejadian.
Menurut dia, banyak petugas keamanan di lokasi pengeboman karena berada di dekat ring 1 pengamanan. Selain itu, polisi masih berjaga karena sempat beredar ancaman teror bom saat Natal dan tahun baru.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.