Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Eks Kadensus Usulkan Lembaga Khusus Pengawas Mantan Terpidana Terorisme

Kompas.com - 16/01/2016, 13:09 WIB
Nabilla Tashandra

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror, Irjen (Purn) Bekto Suprapto menilai, seharusnya ada lembaga khusus yang berfungsi mengawasi mantan narapidana.

Pasalnya, lanjut Bekto, sejumlah pelaku tindak pidana terorisme banyak yang merupakan residivis. (Baca: Pengamat Teroris: Polri dan Intelijen Indonesia Kecolongan)

Mereka dinilai dapat kembali melakukan kejahatan karena tak ada lembaga yang secara khusus melakukan pengawasan terhadap mantan terpidana kasus terorisme tersebut.

"Pertanyaannya, siapa yang memonitor mereka setelah keluar dari lapas?" ujar Bekto dalam sebuah acara diskusi di Jakarta, Sabtu (16/1/2016).

"Data intelijen, misalnya 100 orang sudah pulang, 100 itu siapa saja? Ke mana saja? Mereka tersebar dimana-mana, ini masalah. Kita suka sekali menggampangkan masalah," sambung Bekto.

Ia mencontohkan kasus terduga teroris Bado alias Abu Urwah alias Osama yang ditembak mati di Poso. Urwah, menurut Bekto, pernah ditangkap hingga tiga kali.

Jika ada lembaga pengawas khusus, maka menurut dia penangkapan pelaku tindak pidana terorisme akan lebih mudah dilakukan. (Baca: Dua dari Lima Pelaku Teror Bom Sarinah Berstatus Residivis)

Keberadaan sejumlah lembaga terkait, mulai dari Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Agama, Kepolisian, TNI, hingga Badan Intelijen Negara (BIN) pun dinilai masih belum cukup.

"Tugasnya siapa, bagaimana yang harus dilakukan, tanggung jawab siapa (untuk memonitor). Itu masalah dan kita harus pikirkan," ujar Bekto.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com