JAKARTA, KOMPAS.com - Pimpinan nonaktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Bambang Widjojanto menyampaikan, saat ini ada terdapat kekuatan korupsi yang nyaris mencapai kesempurnaan.
Kekuatan korupsi tersebut, kata Bambang, tengah menjadikan KPK dan seluruh elemen gerakan antikorupsi sebagai musuh bersama.
Ia memaparkan, salah satu indikasi keberhasilannya adalah dilihat dari kemampuan memaksakan revisi Undang-Undang KPK menjadi agenda Program Legislasi Nasional 2015.
Padahal, masa tugas anggota parlemen pada 2015 pasca-sidang paripurna hanya bersisa tiga hari. Karena itu, pembahasan akan dilanjutkan pada awal 2016.
"Ada cukup banyak contoh bisa diajukan untuk menunjukkan kedahsyatan kekuatan ini yang terus bekerja secara sistematis," ujar Bambang saat menyampaikan pidato di Gedung Nyi Ageng Serang, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (18/12/2015).
Bambang juga menyinggung masalah dikeluarkannya izin pemanfaatan 36 juta hektar hutan oleh pemerintah.
Sebanyak 98,8 persennya diberikan kepada usaha-usaha dalam skala besar. Adapun masyarakat kecil mendapat sisanya.
Kebijakan tersebut, menurut Bambang, jelas menutup akses dan ruang hidup bagi rakyat kebanyakan, terutama masyarakat desa yang miskin dan dimiskinkan.
Bambang menuturkan, kasus sama ditunjukkan dari kontroversi Freeport. Perusahaan asal Amerika Serikat tersebut menguasai 2,6 juta hektar sumber daya alam dan sudah berlangsung hampir 50 tahun.
Freeport disebut meraup keuntungan yang sangat besar di saat sebagian besar penduduk di Provinsi Papua dan Papua Barar menjadi penduduk termiskin di Indonesia.
Menurut Bambang, akses dan ruang hidup untuk rakyat atas manfaat pertambangan juga terbatas dan minim. Bambang mengatakan, situasi korupsi di Indonesia sudah kronis dengan stadium yang tak terperikan.
"Dalam sengkarut kasus Freeport kita malah dipertontonkan sandiwara sabun MKD yang jauh dari upaya penanganan akar masalah problem dan pemberantasan korupsi yang sesungguhnya potensial terjadi di dalam kasus pertambangan Freeport ini," ujar Bambang.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.