Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kemenko Perekonomian Jadi Posko Deregulasi Kebijakan Ekonomi Jokowi

Kompas.com - 11/09/2015, 21:28 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com- Menteri Sekretaris Negara Pratikno mengatakan pemerintah akan mempercepat proses administrasi deregulasi peraturan yang termasuk dalam paket kebijakan ekonomi dengan membuka posko di Kantor Menko Perekonomian.

"Ini pekerjaan luar biasa kami bicarakan bagaimana merancang mekanisme luar biasa agar cepat. Maka Kemenko Perekonomian jadi posko, jadi lalu lintas drafting UU. Di kantor ini akan disediakan kantor bersama," ujar Pratikno seusai memimpin rapat koordinasi di Jakarta, Jumat (11/9/2015).

Pratikno memimpin rapat koordinasi yang berlangsung di Graha Sawala, Kemenko Perekonomian, karena Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution sedang mendampingi Presiden melakukan kunjungan kenegaraan ke Timur Tengah.

Dalam rapat koordinasi membahas penyelesaian deregulasi peraturan tersebut ikut hadir Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Menteri Kesehatan Nila Moeloek serta Menteri Kehutanan dan Lingkungan Hidup Siti Nurbaya.

Selain itu, ikut hadir Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono, Menteri Tenaga Kerja Hanif Dhakiri, Menteri Pariwisata Arief Yahya, Menteri Agraria dan Tata Ruang Ferry Mursyidan Baldan serta Wakil Menteri Keuangan Mardiasmo.

Pratikno menyebutkan posko tersebut akan memudahkan masing-masing pejabat eselon satu kementerian terkait untuk saling berkoordinasi dalam melakukan proses administrasi deregulasi peraturan yang memakan waktu lama.

"Ini akan dipercepat mekanismenya diperbaharui, 'extra ordinary'. Biasanya kan bekerja di masing-masing kementerian ada dokumen berpindah. Kita kerja sama di sini. Jadi rapat rutin. Tiap hari ada yang kerja di posko ini," jelasnya.

Dengan demikian, menurut Pratikno, proses administrasi dari deregulasi peraturan akan selesai bersamaan dan sesuai dengan komitmen pemerintah untuk membenahi berbagai masalah yang masih menghambat kinerja perekonomian.

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo mengumumkan paket kebijakan ekonomi tahap I yang di antaranya bertujuan untuk mengembangkan ekonomi makro yang kondusif, menggerakkan ekonomi nasional serta melindungi masyarakat berpendapatan rendah dan menggerakkan ekonomi perdesaan.

Paket kebijakan ekonomi tersebut berupa deregulasi peraturan antara lain untuk penguatan pembiayaan ekspor, penetapan harga gas untuk industri tertentu, pengembangan kawasan industri, penguatan fungsi ekonomi koperasi dan simplifikasi perizinan perdagangan.

Selain itu, ada proses simplifikasi visa kunjungan dan aturan pariwisata, pengurangan beban biaya bahan bakar LPG untuk nelayan, stabilitas harga pokok kebutuhan pangan terutama daging sapi, percepatan pencairan dana desa, serta pemberian raskin ke 13 dan 14.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com