Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Calon Dubes Pilihan Jokowi Dikhawatirkan Ganggu Diplomat Karir Kemenlu

Kompas.com - 27/08/2015, 05:45 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi I DPR RI Mahfudz Siddiq meminta Presiden Joko Widodo memperkuat sistem meritokrasi di Kementerian Luar Negeri. Salah satu caranya adalah dengan mengangkat duta besar dari pejabat karir di kementerian tersebut.

"Pemerintah khususnya presiden harus memperkuat sistem meritokrasi di Kementerian Luar Negeri, seperti di berbagai negara maju (mengangkat dubes dari pejabat karir Kemlu)," kata Mahfudz di Gedung Nusantara I, Jakarta, Rabu (26/8/2015).

Dia menjelaskan, sejak era Menteri Luar Negeri Hasan Wirayudha, Kemenlu sudah menerapkan sistem meritokrasi di internal kementerian tersebut. Hal itu, menurut dia, untuk memenuhi pos struktural, fungsional dan kebutuhan diplomat di kantor perwakilan Indonesia di luar negeri.

"Sistem itu sudah didesain sedemikian rupa, ketika ada porsi calon dubes dari non-karir maka sebenarnya bisa mengganggu sistem meritokrasi di Kemlu," ujarnya.

Dia mencontohkan dari 33 nama calon dubes saat ini, sepertiga merupakan non-karir. Sedangkan, dubes yang pulang merupakan diplomat karir.

Menurut dia apabila hal itu terjadi maka sistem in dan out mengalami proses ketidakseimbangan karena banyak diplomat karir yang selesai bertugas tidak memiliki pos jabatan di Kemlu sesuai level kepangkatannya.

"Ketika ada ketidakseimbangan dalam meritokrasi maka akan banyak diplomat karir selesai bertugas dan ketika kembali ke Jakarta tidak memiliki pos jabatan sesuai level kepangkatannya," kata Mahfudz.

Mahfudz mengatakan, dubes negara sahabat yang ditempatkan di Indonesia 100 persen merupakan diplomat karir dan menjadi sistem baku di berbagai negara.

Menurut dia peraturan perundang-undangan Indonesia tidak mewajibkan seorang dubes berasal dari diplomat karir. Namun, jangan sampai mengisi pos tersebut oleh orang yang tidak pernah berkarir di dunia diplomatik.

"Karena diplomat memuliki kemampuan, ilmu, etika dan protokoler sendiri," ujarnya.

Sebelumnya Presiden Joko Widodo mengajukan 33 nama calon duta besar Indonesia untuk negara-negara sahabat ke DPR. (Baca: Ini 33 Calon Dubes Usulan Jokowi)

Dari seluruh nama yang diserahkan itu, ada delapan orang berlatar belakang politisi dari partai pendukung Jokowi. Menanggapi itu, Sekretaris Kabinet Pramono Anung mengatakan bahwa jumlah politisi yang ditunjuk Jokowi tidak sebanyak calon dubes yang berasal dari Kementerian Luar Negeri. (Baca: Delapan Politisi Jadi Calon Dubes, Istana Bantah Ada Pesanan Parpol)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena 'Heatwave' Asia

BMKG: Suhu Panas Mendominasi Cuaca Awal Mei, Tak Terkait Fenomena "Heatwave" Asia

Nasional
Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang 'Online' dari Pinggir Jalan

Momen Unik di Sidang MK: Ribut Selisih Satu Suara, Sidang "Online" dari Pinggir Jalan

Nasional
Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk 'Presidential Club'...

Maksud di Balik Keinginan Prabowo Bentuk "Presidential Club"...

Nasional
Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Resistensi MPR Usai PDI-P Harap Gugatan PTUN Bikin Prabowo-Gibran Tak Dilantik

Nasional
“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

“Presidential Club” Butuh Kedewasaan Para Mantan Presiden

Nasional
Prabowo Dinilai Bisa Bentuk 'Presidential Club', Tantangannya Ada di Megawati

Prabowo Dinilai Bisa Bentuk "Presidential Club", Tantangannya Ada di Megawati

Nasional
Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak Ada Rencana Bikin Ormas, apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com