Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Alasan Jokowi Hanya Bersedia Duduk di Samping Obama dan Xi Jinping

Kompas.com - 17/04/2015, 23:08 WIB
Kontributor Surabaya, Achmad Faizal

Penulis


SURABAYA, KOMPAS.com
— Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Indonesia adalah negara yang besar. Karena itu, di setiap forum pertemuan negara, Jokowi sering meminta untuk duduk di samping Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

Menurut Jokowi, buat apa mendatangi forum internasional jika Presiden Indonesia hanya duduk di pojok. "Mending saya pulang saja, enggak usah datang," kata Jokowi saat menghadiri Harlah Ke-55 Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII) di Masjid Agung Al-Akbar, Surabaya, Jumat (17/4/2015) malam.

Menurut Jokowi, Indonesia patut disejajarkan dengan negara sekelas AS dan Tiongkok.

"Bayangkan, kita ini kaya, kita punya ribuan pulau, dan beragam suku serta budaya. Bahkan, kekayaan kita mungkin lebih banyak dari negara-negara besar lainnya di dunia," ucapnya.

Jadi, menurut Jokowi, Presiden Indonesia harus duduk sejajar dengan Presiden AS dan Presiden Tiongkok dalam setiap forum internasional. "Indonesia, Amerika, China harus sejajar posisinya," kata Jokowi sambil menunjukkan tiga jari di tangannya.

Dalam forum tersebut, Jokowi memberikan paparan program kerja lima tahun kepemimpinannya. Program kerja yang dipaparkan itu antara lain dari sisi ekonomi, pengembangan sumber daya manusia, strategi politik pengelolaan bahan bakar minyak, penanggulangan masalah narkoba, hingga penanggulangan bahaya paham ISIS.

Jokowi telah memperlihatkan hal inidalam forum Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) pada November 2014 silam. Saat itu, dia meminta secara khusus untuk duduk bersebelahan dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Presiden Rusia Vladimir Putin, dan Presiden Tiongkok Xi Jinping.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com