Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gulirkan Demokrasi di Malaysia, Nurul Izzah Berharap Dapat Dukungan dari RI

Kompas.com - 04/04/2015, 16:48 WIB
Abba Gabrillin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Putri pemimpin oposisi Malaysia Anwar Ibrahim, Nurul Izzah dan Nurul Iman, bertemu dengan sejumlah aktivis dari beberapa lembaga swadaya masyarakat (LSM) di Jakarta, Sabtu (4/4/2015).

Kedatangan keduanya bertujuan untuk menggalang dukungan terciptanya kemajuan demokrasi di Malaysia, termasuk pembebasan Anwar Ibrahim yang saat ini menjadi tahanan politik di Malaysia.

"Kami sekeluarga sedang melancarkan inisiatif kebebasan berpendapat. Namun, perjuangan kami bukan hanya untuk satu individu (Anwar Ibrahim), melainkan kebebasan rakyat Malaysia secara total," ujar Nurul Izzah saat berbicara dalam konferensi pers di Sekretariat Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras), Jakarta Pusat.

Izzah mengatakan, perjuangan mencari kebebasan berpendapat sebenarnya telah dilakukan di Malaysia sejak 1968. Namun, hingga saat ini kebebasan yang dimaksud belum juga tercapai. Bahkan, kondisinya semakin parah.

Salah satu contoh, misalnya, pemenjaraan yang dilakukan Pemerintah Malaysia terhadap Anwar Ibrahim. Izzah mengatakan, penahanan Anwar pada 10 Februari 2015 lalu adalah adalah yang kelima bagi ayahnya sejak pertama kali menjadi tahanan politik pada 1972.

Beberapa waktu lalu, Izzah pun sempat ditahan selama semalam akibat komentarnya mengenai pemenjaraan ayahnya saat ia berada di parlemen Malaysia. Izzah dibebaskan dengan uang jaminan sehingga sewaktu-waktu anggota parlemen dari Partai Keadilan itu bisa dipanggil kembali untuk diperiksa.

Menurut Izzah, Pemerintah Malaysia berusaha keras untuk meredam dan melumpuhkan pihak oposisi. Selain terhadap pemimpin politik, penangkapan dengan fitnah juga dilakukan kepada orang-orang yang dianggap berseberangan dengan pemerintah, seperti mahasiswa, akademisi, hingga seniman.

Izzah mengatakan, isu hukum, khususnya berkaitan dengan kebebasan berpendapat, tidak hanya penting untuk diperjuangkan di Malaysia. Menurut dia, isu tersebut tergolong universal dan melibatkan semua pihak, termasuk di Indonesia.

Untuk itu, mewakili keluarganya dan seluruh kelompok oposisi Malaysia, Izzah meminta agar Pemerintah Indonesia dapat memberi dukungan terciptanya reformasi di Malaysia, termasuk mendesak Pemerintah Malaysia untuk membebaskan para tahanan politik yang terkait kebebasan berpendapat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

Nasional
Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

Nasional
Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

Nasional
Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

Nasional
Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

Nasional
'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

"Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

Nasional
Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

Nasional
PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

Nasional
Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

Nasional
Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

Nasional
Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

Nasional
Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

Nasional
KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

Nasional
TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

Nasional
Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com