Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Belajar Toleran seperti Warga Desa Boro

Kompas.com - 20/11/2014, 10:00 WIB

Oleh: Dahlia Irawati

KOMPAS.com - Indonesia digempur oleh tantangan keberagaman, khususnya dalam hal agama. Perbedaan agama bahkan menjadi komoditas politik. Asa merebak saat di sejumlah daerah, generasi muda mengampanyekan pentingnya toleransi dalam peringatan Hari Toleransi Internasional, 16 November lalu.

Mereka meyakini, berawal dari generasi muda, persatuan Indonesia masih punya harapan. Di tangan pemuda inilah toleransi dalam berbagai hal, termasuk dalam hal agama, akan dijaga.

Pekan lalu di Jalan Ijen, Kota Malang, Jawa Timur, pemuda lintas iman di Malang Raya mengampanyekan toleransi dengan membagikan striker dan menggalang tanda tangan petisi untuk menjaga toleransi antarsesama. Mereka memutar film, melakukan diskusi, dan menguatkan semangat untuk bersama mengusung toleransi. Intoleransi sebagai musuh bersama.

”Kami yakin, Indonesia masih memiliki harapan terbebas dari diskriminasi dan intoleransi. Kuncinya pada generasi muda. Jika kaum muda menyepakati, kedamaian ada ketika kita menerima perbedaan, kami yakin masa depan Indonesia akan semakin baik,” ujar Mohammad Fauzan, Koordinator Lapangan Pemuda Lintas Agama Malang Raya.

Anak muda itu menyadari, Indonesia dibangun dengan dasar keanekaragaman. Perbedaan suku, agama, ras, dan golongan adalah hal yang menjadi bagian dari kebesaran negeri ini. Jika keanekaragaman itu terbelah, tidak akan ada Indonesia.

Gunung Kawi

Lega saat melihat kaum muda punya semangat keanekaragaman. Kebahagiaan kian membuncah saat mengetahui warga di lereng selatan Gunung Kawi, Jawa Timur, sudah menerapkan toleransi antaragama dalam kehidupan sehari-hari.

Kehidupan toleran itu terjadi di Desa Boro, Kecamatan Selorejo, Kabupaten Blitar, Jawa Timur. Kampung yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Malang itu adalah sebuah kampung ikon toleransi antaragama. Disebut Desa Boro karena umumnya warga di sana adalah pendatang (dalam bahasa Jawa, mboro berarti pergi ke tempat baru untuk mengadu nasib). Desa itu awalnya hutan.

Secara fisik, Desa Boro terbagi dalam empat dusun, yaitu Dusun Jarangan, Buneng, Boro, dan Mintolagan. Warga di empat dusun sekitar 5.000 jiwa. Dari jumlah tersebut, sekitar 4.000 orang adalah umat Islam. Sisanya umat Buddha, Kristen, dan Katolik. Di Desa Boro terdapat 4 masjid, 3 gereja Kristen, 1 gereja Katolik, dan 2 wihara.

Untuk menjumpai tempat ibadah itu tidak sulit. Saat memasuki Desa Boro, di jalur utama desa, kita bisa menjumpai Masjid Miftakhul Huda nan megah. Kurang dari 100 meter sesudahnya, kita langsung bisa menjumpai Gereja Kristen Jawi Wetan (GKJW) Boro. Tak jauh ada Gereja Kristen Kalam Kudus. Tak jauh dari tempat ibadah Kristen itu akan terlihat bangunan Wihara Buddha Sasana. Semua tempat ibadah tersebut terletak di jalur utama desa.

Sikap toleran antarumat beragama sudah mendarah daging sejak daerah itu ditinggali. ”Saya tak tahu pastinya kapan. Namun, sejak zaman orangtua saya, kami bisa dengan santai berjalan menuju wihara untuk beribadah beramai-ramai. Begitu pula penganut agama lain. Tidak pernah ada masalah di sini,” kata Dayaka Sabba Buddha Sasana, Sugianto (49), di Wihara Buddha Sasana, pekan lalu.

Gotong royong

Pengurus Wihara Buddha Sasana itu mengatakan, bentuk toleransi yang paling terlihat di kampung tersebut adalah gotong royong membangun Wihara Buddha Sasana. Gotong royong dilakukan warga beragama Buddha, Islam, Kristen, dan Katolik. Wihara itu ada sejak tahun 1965, tetapi baru purnapugar sekitar 14 tahun lalu.

”Saya ingat, saat ngecor (membuat fondasi) wihara, kala itu bertepatan dengan bulan puasa. Saat itu warga Muslim berpuasa, pembangunan dilakukan malam hari. Jadi, selesai kerja bakti, saat itu bisa pukul 01.00,” ujar Sugianto. Gotong royong untuk membangun tempat ibadah, bahkan membangun rumah bagi warga, menjadi hal wajar di desa tersebut.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kasus 'Ilegal Fishing' 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Kasus "Ilegal Fishing" 91.246 Ekor Benih Lobster di Jabar Rugikan Negara Rp 19,2 M

Nasional
Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Menlu Retno: Ada Upaya Sistematis untuk Terus Hambat Bantuan Kemanusiaan ke Gaza

Nasional
Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Pemprov Sumbar Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Bandang di Permukiman Sekitar Gunung Marapi

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Kunjungi Kebun Raya Bogor

Nasional
BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

BNPB: 20 Korban Hilang akibat Banjir Lahar di Sumbar Masih dalam Pencarian

Nasional
Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Jokowi Ajak Gubernur Jenderal Australia Tanam Pohon di Bogor

Nasional
Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Pernyataan Kemendikbud soal Pendidikan Tinggi Sifatnya Tersier Dinilai Tak Jawab Persoalan UKT Mahal

Nasional
PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

PKS Usul Proporsional Tertutup Dipertimbangkan Diterapkan Lagi dalam Pemilu

Nasional
Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Jokowi Terima Kunjungan Kenegaraan Gubernur Jenderal Australia David Hurley

Nasional
Polri Tangkap 3 Tersangka 'Ilegal Fishing' Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Polri Tangkap 3 Tersangka "Ilegal Fishing" Penyelundupan 91.246 Benih Bening Lobster

Nasional
PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

PDI-P Anggap Pernyataan KPU soal Caleg Terpilih Maju Pilkada Harus Mundur Membingungkan

Nasional
Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Kesaksian JK dalam Sidang Karen Agustiawan yang Bikin Hadirin Tepuk Tangan...

Nasional
DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

DPR Tunggu Surpres Sebelum Bahas RUU Kementerian Negara dengan Pemerintah

Nasional
Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nurul Ghufron Akan Bela Diri di Sidang Etik Dewas KPK Hari Ini

Nasional
Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Prabowo Nilai Gaya Militeristik Tak Relevan Lagi, PDI-P: Apa Mudah Seseorang Berubah Karakter?

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com