Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bertemu Fadli Zon, Buruh Mengadu soal Kenaikan Harga BBM dan Upah Rendah

Kompas.com - 06/11/2014, 16:37 WIB
Ihsanuddin

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Sejumlah buruh yang mewakili berbagai organisasi bertemu dengan Wakil Ketua DPR Fadli Zon. Mereka mengadukan rencana pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi dan masih rendahnya upah minimum regional.

Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI) Said Iqbal tampak mewakili para buruh tersebut untuk berbicara. Adapun Fadli ditemani oleh Wakil Ketua DPR Fahri Hamzah, Ketua Komisi IX DPR Dede Yusuf, dan Ketua Komisi VII Kardaya Warnika.

"Buruh di seluruh Indonesia semuanya menolak kenaikan harga BBM," kata Iqbal dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Pusat, Kamis (6/11/2014).

Iqbal menjelaskan, ada berbagai alasan mengapa buruh menolak kenaikan harga BBM bersubsidi. Yang paling mendasar adalah kondisi ekonomi para buruh yang akan semakin sulit. "Kalau BBM naik sampai Rp 3.000 (per liter), daya beli buruh bisa turun sampai 50 persen. Ada komponen sewa rumah, ongkos transportasi, dan bahan pokok yang naik," ujarnya.

Menurut Iqbal, kondisi tersebut akan dipersulit dengan UMR rendah. Di Jakarta yang menjadi patokan, misalnya, Iqbal menilai upah buruh masih jauh dari kata layak. Pada Januari lalu, gaji buruh Ibu Kota naik Rp 200.000. Jika kenaikan BBM benar-benar terjadi, Iqbal menaksir pengeluaran buruh akan bertambah Rp 350.000 hingga Rp 400.000 per bulan.

"Buruh akan tambah miskin, tadinya near poor menjadi poor. Yang poor akan menjadi poor total," kata dia.

Setelah itu, beberapa perwakilan buruh lain juga menyatakan pendapat masing-masing dalam waktu yang lebih singkat.

Fadli berjanji akan melakukan yang terbaik untuk meningkatkan kesejahteraan buruh. Namun, dia mengingatkan bahwa saat ini DPR tidak lagi punya wewenang untuk tidak mengizinkan pemerintah menaikkan harga BBM. Keputusan sepenuhnya ada di tangan pemerintah. "Tapi, kita akan berusaha yang terbaik untuk mendengar suara rakyat, mendengar suara buruh," ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com