Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ingin Jegal Jokowi, Hashim Disebut Tengah Emosi karena Sudah Keluar Uang Banyak

Kompas.com - 10/10/2014, 19:12 WIB
Dani Prabowo

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Pengamat politik LIPI, Hermawan Sulistyo, menilai, Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Hashim Djojohadikusumo hanya emosi saat melontarkan pernyataan yang ingin menjegal presiden terpilih Joko Widodo. Menurut dia, Hashim sakit hati karena dikhianati Jokowi.

"Saya lihat itu faktor emosional. Pak Hashim (pernah) cerita bahwa sudah membiayai cukup banyak pada Pilkada DKI, dalam hal ini Jokowi gitu. Kalau begitu, ini masalahnya karena sudah banyak keluar uang," kata Hermawan di Jakarta, Jumat (10/10/2014).

Hashim, kata dia, merasa bahwa seharusnya Jokowi memiliki utang budi kepada dirinya. Pasalnya, Hashim beranggapan bahwa ialah yang membawa Jokowi untuk maju sebagai gubernur saat Pilkada DKI Jakarta pada 2012 lalu.

"Saya kira faktornya faktor historis karena dia merasa dia yang mengajak Jokowi untuk maju sebagai gubernur DKI," katanya.

Meski begitu, Hermawan memberi catatan bahwa Hashim tidak 100 persen menjadi faktor penyebab Jokowi maju sebagai kandidat calon gubernur saat itu. Menurut dia, ada peran Jusuf Kalla yang juga ikut menarik Jokowi dari Solo untuk maju sebagai gubernur.

"Jadi, waktu Jokowi masih jadi wali kota sudah ada hubungan dengan Pak JK," katanya.

Lebih jauh, ia mengatakan, partai politik yang tergabung di dalam Koalisi Merah Putih seharusnya dapat menyikapi pernyataan Hashim itu. Parpol di dalam KMP tidak perlu selalu mengamini pernyataan sikap yang dilontarkan Hashim maupun Prabowo Subianto selaku pimpinan Partai Gerindra.

"Justru ini kan yang dominan sikap Prabowo dan Hashim. Seyogianya itu tidak diterima begitu saja oleh KMP lain, kalau memang mereka mempunyai sikap sendiri," katanya.

Sebelumnya, Hashim mengatakan, ada harga yang harus dibayar oleh presiden terpilih Joko Widodo atas langkahnya "meninggalkan Jakarta" dan mencalonkan diri dalam pilpres yang lalu. Hashim, dalam artikel yang ditayangkan The Wall Street Journal versi online, menganggap langkah Jokowi itu sebagai personal betrayal.

"Ada harga yang harus dibayar," kata Hashim.

Ia menyatakan, Koalisi Merah Putih yang menguasai parlemen akan menjadi oposisi yang aktif dan konstruktif dalam mengawal pemerintahan Joko Widodo. Ia mengatakan, Prabowo kini aktif terlibat dalam membangun dan memimpin koalisi di parlemen. Koalisi Merah Putih, lanjut Hashim, memiliki otoritas yang cukup untuk mengawasi pemerintahan Jokowi, termasuk penentuan sejumlah jabatan di pemerintahan dan lembaga, seperti kepala Polri, panglima TNI, hakim agung, dan anggota Mahkamah Konstitusi.

"Prabowo dan para pemimpin partai koalisi akan memimpin sebuah oposisi yang aktif. Kami akan mampu mengontrol agenda legislatif," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Pemerintahan Baru dan Tantangan Transformasi Intelijen Negara

Nasional
Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, 'Push Up'

Tegur Pemohon Telat Datang Sidang, Hakim Saldi: Kalau Terlambat Terus, "Push Up"

Nasional
KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

KPK Sebut Keluarga SYL Sangat Mungkin Jadi Tersangka TPPU Pasif

Nasional
Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com