"Gokar sedang mengalami masalah internal yang cukup dinamis. Kita lihat masalah Golkar ini sejak 2009," ujar Yorrys di Menteng, Jakarta Pusat, Sabtu (9/8/2014).
Ia menuturkan, nasib Golkar saat pilpres 2014 merupakan kejatuhan paling parah. Sebagai pemenang kedua di pileg, Golkar fokus membangun koalisi, dengan mengajukan capres, yakni Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie, yang terus bersosialisi dalam meningkatkan popularitas.
Namun, terjadi anomali, yakni elektabilitas partai baik, tapi elektabilitas capres mengalami penurunan. Meski begitu, Golkar terus melakukan lobi politik untuk membangun koalisi. Tawaran capres Golkar pun turun menjadi cawapres, bahkan kini menjadi pelengkap yang mengikuti arus partai lain. Menurut Yorrys, ini menjadi masalah internal yang mengundang reaksi dari kader Golkar.
"Ada kader-kader Golkar baik senior dan generasi muda, mendesak perlu penyelamatan partai," kata Yorrys.
Ia menyebutkan, hal ini berdasarkan kegagalan Golkar pada pemilu pasca reformasi semakin parah. Oleh karena itu, ia pun mendesak DPP untuk segera melakukan evaluasi melalui munas sesuai Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Partai Golkar yakni pada Oktober 2014.
"Sesuai AD/ART, munas dilakukan Oktober 2014. Kalau diperpanjang 2015, dasarnya apa?" sebut Yorrys.
Menurut dia, Golkar telah gagal pada banyak aspek, misalnya pada pemenangan Aburizal sebagai capres. Apalagi, keputusan terakhir yang ikut serta dalam koalisi permanen. Hal ini tidak dikenal dalam AD/ART Golkar. Pengambilan keputusan tersebut juga tidak melalui rapat internal.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.