JAKARTA, KOMPAS.com — Tokoh lintas agama meminta media massa dan lembaga survei untuk tidak memperkeruh suasana pasca-Pemilu Presiden 2014. Media massa diminta tetap menjalankan fungsinya sebagai pilar keempat demokrasi yang bisa memberikan pendidikan dan pencerahan.
"Meminta media massa, lembaga-lembaga survei, serta pengguna media sosial agar tidak memperkeruh suasana dan berusaha menciptakan situasi yang kondusif," ujar Ketua Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin saat membacakan pernyataan bersama tokoh lintas agama di PP Muhammadiyah, Jakarta, Kamis (10/7/2014).
Selain Din, para tokoh lintas agama itu, di antaranya, Slamet Effendi Yusuf (Nahdlatul Ulama/Majelis Ulama Indonesia), Andreas A Yewangoe (Persekutuan Gereja-gereja Indonesia), Rusli Tan (Perwakilan Umat Buddha Indonesia), Nyoman Udayana Sangging (Parisada Hindu Dharma Indonesia), dan Frans Magnis Suseno (Sekolah Tinggi Filsafat Driyakarya).
Pernyataan sikap tokoh lintas agama ini terkait dengan aksi saling klaim kemenangan dan perbedaan hasil hitung cepat beberapa lembaga survei.
Din menuturkan, peran media massa bisa untuk mengawal transisi pemerintahan yang demokratis, aman, serta damai.
Tokoh Katolik Franz Magnis Suseno juga berharap bangsa Indonesia bisa menerima apa pun keputusan Komisi Pemilihan Umum pada 22 Juli 2014. Setelah pengumuman KPU itu, Franz mengingatkan bahwa presiden terpilih itu adalah presiden bangsa Indonesia.
"Presiden itu presiden kita semua. Perbedaan dalam memilih tidak mengubah kedudukan kita sebagai warga bangsa yang ingin membangun bangsa ini. Kita harus bersama-sama bisa membangun masa depan yang lebih baik," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.