Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Timses Jokowi-JK: Kartu Indonesia Sehat Tak Tumpang Tindih dengan JKN dan BPJS

Kompas.com - 16/06/2014, 21:11 WIB
Fathur Rochman

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Tim Media Center Jokowi-JK, Zuhairi Misrawi, mengatakan, fungsi Kartu Indonesia Sehat (KIS) yang menjadi salah satu program pasangan Joko Widodo-Jusuf Kalla tidak akan tumpang tindih dengan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) dan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang sudah ada sebelumnya. Ia mengatakan, Jokowi-JK sudah mempersiapkan sistem yang merupakan implementasi dari UU Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) dan UU BPJS.

"Sistem ini akan mengoreksi 'kesalahan' Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)," ujar Zuhairi, seperti yang tercantum dalam rilis yang diterima Kompas.com, Senin (16/6/2014).

Kesalahan yang dimaksud, kata Zuhairi, salah satunya, terkait prinsip portabilitas, yang jadi salah satu prinsip utama dalam prinsip SJSN, terutama Jaminan Kesehatan Sosial. Dengan prinsip portablilitas itu, jaminan kesehatan sosial tersebut akan bersifat nasional, tidak lagi bersifat daerah. Nantinya, pemerintah daerah masih bisa memberikan jaminan kesehatan dengan meningkatkan manfaat pelayanan dan fasilitas kesehatan.

Zuhairi mengatakan, ada dua hal penting dalam KIS. Pertama, KIS akan membangun sistem yang dimulai dengan perbaikan data penduduk, terutama menyangkut masyarakat miskin dan tidak mampu. Masyarakat miskin yang dimaksud dalam pemerintahan Jokowi-JK adalah mereka yang penghasilannya sama dengan atau lebih kecil dari upah minimum kota/kabupaten.

Hal penting kedua, lanjut Zuhairi, melalui KIS, akan ada kebijakan politik anggaran untuk kesehatan. Sesuai dengan UU Kesehatan, anggaran kesehatan dari pemerintah pusat harus 5 persen dari APBN. Sekarang ini, kata dia, APBN yang dianggarkan untuk kesehatan berkisar lebih kurang 2-3 persen sehingga anggaran kesehatan akan ditanggung dari APBN, bukan APBD.

Zuhairi menambahkan, dengan dijalankannya KIS, maka APBD kesehatan tersebut tidak lagi digunakan untuk jaminan kesehatan sosial bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. APBD Kesehatan, kata dia, bisa dioptimalkan untuk peningkatan fasilitas kesehatan dan insentif tenaga kesehatan.

Selain itu, KIS juga akan memberi kepastian peningkatan kesejahteraan bagi tenaga kesehatan, terutama menyangkut status kerja dan upah bagi tenaga kesehatan.

Sebelumnya, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Prabowo Subianto-Hatta Rajasa, Nurul Arifin, melontarkan kritik untuk calon presiden Joko Widodo (Jokowi) terkait penampilannya dalam debat capres yang berlangsung pada Minggu (15/6/2014) malam.

Nurul mengatakan, sepanjang debat, Jokowi hanya sibuk pencitraan dan mengusung program yang tak jelas. Nurul menjelaskan, selain sibuk dengan pencitraan, Jokowi juga membohongi publik dengan mengusung program Kartu Indonesia Sehat. Pasalnya, program unggulan Jokowi itu telah dijamin dalam Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS).

"Kartu sehat itu kebohongan besar Jokowi karena sudah jadi dalam bentuk BPJS. Kok tega-teganya membajak karya parlemen dan pemerintah?" kata Nurul pada Minggu malam.

Anggota Komisi II DPR itu menegaskan, negara saat ini telah menanggung biaya kesehatan rakyat miskin. Dengan begitu, ia menganggap program Kartu Indonesia Sehat yang dibanggakan Jokowi menjadi tak relevan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com