Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pengamat: Suara Hanura Rendah, Win-HT Dipecah

Kompas.com - 14/04/2014, 12:43 WIB
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com
 — Wiranto dan Hary Tanoesoedibjo dinilai tengah membangun citra masing-masing setelah melihat hasil yang diperoleh Partai Hanura dalam Pemilu Legislatif 2014 berdasarkan hitung cepat. Mereka memisahkan diri sebagai pasangan capres dan cawapres Hanura.

"Saya kira itu strategi masing-masing personal membangun branding kepada publik. Dengan iklan yang satu-satu itu, lebih menjual secara personal," ujar pengamat politik Heri Budianto saat dihubungi Kompas.com, Senin (14/4/2014).

Hal itu dikatakan Heri ketika dimintai tanggapan munculnya iklan Wiranto dan Hary Tanoe di televisi, setelah pelaksanaan pemilu legislatif. Jika sebelum pileg mereka tampil berdua, kali ini Wiranto dan Hary Tanoe muncul dalam iklan secara terpisah.

Heri berpendapat, penayangan iklan tersebut tidak akan berpengaruh banyak untuk dapat maju pada pilpres mendatang. Dengan perolehan suara Hanura yang relatif rendah versi hitung cepat berbagai lembaga survei, Partai Hanura sulit mengusung keduanya dalam pilpres.

"Pada akhirnya Hanura akan realistis bahwa untuk mengusung keduanya sulit," ujarnya.

Heri mengatakan, kedua tokoh Partai Hanura itu memiliki kelemahan dan kekurangan. Wiranto memiliki latar belakang kemiliteran dan pengalaman pemerintahan yang mumpuni. Namun, langkahnya selalu gagal setiap kali maju dalam pentas pilpres.

Sementara itu, Hary Tanoe, menurut Heri, merupakan sosok muda yang pemikirannya masih segar. Namun, pengalaman Hary Tanoe (HT) masih lemah dalam hal pemerintahan. "HT saya kira bisa dijual sebagai tokoh muda yang fresh. Para pemilih lintas agama pun mungkin akan pertimbangkan dia," ujar Heri.

Heri menilai, sah-sah saja iklan tersebut ditampilkan untuk membentuk opini publik terhadap tokoh-tokoh tersebut. Namun, untuk nilai jual dalam koalisi, Heri sangsi bahwa langkah tersebut akan berpengaruh. "Untuk mengubah arah koalisi, saya rasa berat. Pertimbangan partai dan publik kan beda," ujarnya.

Menurut hasil hitung cepat, perolehan suara Partai Hanura "hanya" sekitar 5 persen. Untuk dapat mengusung capres-cawapres, parpol mesti memenuhi syarat dalam UU Pilpres, yakni 20 persen perolehan kursi DPR atau 25 persen perolehan suara sah nasional. Jika tidak mencapai, maka parpol harus berkoalisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Anies Pertimbangkan Maju Pilkada DKI, PKS: Kita Lagi Cari yang Fokus Urus Jakarta

Nasional
Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Momen Menarik di WWF Ke-10 di Bali: Jokowi Sambut Puan, Prabowo Dikenalkan sebagai Presiden Terpilih

Nasional
Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Perkenalkan Istilah ‘Geo-cybernetics’, Lemhannas: AI Bikin Tantangan Makin Kompleks

Nasional
Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Megawati Disebut Lebih Berpeluang Bertemu Prabowo, Pengamat: Jokowi Akan Jadi Masa Lalu

Nasional
Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Laporkan Dewas ke Bareskrim, Wakil Ketua KPK Bantah Dirinya Problematik

Nasional
Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Kolaborasi Pertamina–Mandalika Racing Series Dukung Pembalap Muda Bersaing di Kancah Internasional

Nasional
Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Harkitnas, Fahira Idris Tekankan Pentingnya Penguasaan Iptek untuk Capai Visi Indonesia Emas 2045

Nasional
Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Sempat Sebut Lettu Eko Meninggal karena Malaria, Dankormar: Untuk Jaga Marwah Keluarga

Nasional
Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Yasonna Berharap Program PPHAM Dilanjutkan oleh Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Di WWF 2024, Jokowi Ajak Semua Pihak Wujudkan Tata Kelola Air yang Inklusif dan Berkelanjutan

Nasional
KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

KSP Sebut Bakal Pertimbangkan Nama-nama Pansel KPK Rekomendasi ICW

Nasional
Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Kementan Rutin Kirim Durian Musang King, SYL: Keluarga Saya Tak Suka, Demi Allah

Nasional
Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Jokowi-Puan Bertemu di WWF 2024, Pengamat: Tidak Akan Buat Megawati Oleng

Nasional
56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

56.750 Jemaah Haji Tiba di Madinah, 6 Orang Dikabarkan Wafat

Nasional
Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Ingatkan Soal Kuota Haji Tambahan, Anggota DPR: Jangan Sampai Dipanggil KPK

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com