Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dwiki Dharmawan, dari Musisi Jadi Politisi

Kompas.com - 03/04/2014, 09:44 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com – Perlu waktu belasan tahun bagi seorang Dwiki Dharmawan untuk memutuskan terjun ke dunia politik. Dikenal melalui grup Krakatau, musisi ini telah menempuh perjalanan jauh dari barat hingga timur, untuk sampai merasa cukup mengerti seluk beluk Indonesia.

Dari perjalanannya, Dwiki mengaku ingin lebih banyak berbuat bagi Indonesia. Dia pun memutuskan maju sebagai calon anggota legislatif dari Partai Amanat Nasional dari daerah pemilihan DKI Jakarta II.

“Saya belajar selama 14 tahun, dan dengan belajar saya jadi tahu banyak tentang Indonesia," kata Dwiki, saat berbincang dengan redaksi Kompas.com, Rabu (2/4/2014). Menurut Dwiki, Indonesia butuh pemimpin yang benar-benar paham soal Indonesia dan apa yang dimiliki bangsa ini.

Sejak kecil terbiasa berkutat dengan musik klasik, Dwiki mengatakan baru tertarik kepada alat musik tradisional saat beranjak dewasa. Dia pun mulai mengembangkan perpaduan musik jazz dan alat musik daerah.

Eksperimen Dwiki menjangkau musik-musik tradisional dari Sunda, Jawa, Bali, hingga kawasan timur Indonesia. Dia meneliti aneka rupa musik tradisional tersebut selama 14 tahun ini.

Hasilnya, dia pernah dipercaya sebagai co-music director pertunjukan fenomenal bertajuk di Megalithicum Quantum di Jakarta dan Bali. “Saya pergi ke Pulau Rote, ke Pulau Simeuleu, Mandailing Natal, ini menguatkan saya betapa luar biasanya Indonesia ini,” kata pria berdarah Sunda ini.

Dwiki bermimpi potensi luar biasa budaya Indonesia dapat menjadi sumber utama pendapatan Indonesia. Dwiki pun mengaku mendukung keputusan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono membentuk Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Namun, menurut Dwiki potensi ekonomi kreatif di Indonesia belum optimal digarap. Sektor ini baru menyumbang 7,8 persen pendapatan domestik bruto.

Untuk menggerakkan ekonomi kreatif, Dwiki berpendapat sektor perbankan dan institusi keuangan juga harus mendukung. Menurut dia, orang-orang kreatif yang ada di Indonesia kerap dipandang sebelah mata karena tidak memiliki jaminan untuk akses pembiayaan.

Belum lagi, imbuh Dwiki, pembajakan marak terjadi di Indonesia. "Saat ini, Undang-undang Hak Atas Kekayaan Intelektual masih ditendang terus di DPR. Kalau mau ekonomi kreatif maju, Undang-undang harus mengatur tegas, melindungi kekayaan kita," kata Dwiki.

Kehadiran undang-undang tersebut, imbuh Dwiki, juga akan membuat para pelaku industri dari luar merasa turut terjaga. "(UU) Ini yang menjadi PR kita,” kata dia.

Adapun untuk terjun ke dunia politik, Dwiki mengaku banyak berkonsultasi dengan salah satu tokoh pendiri PAN, Amien Rais. Dari konsultasi itu, Dwiki mengaku mendapat banyak masukan untuk mempersiapkan diri masuk ke dunia politik.

Soal kampanye, Dwiki enggan beriklan di sana-sini. Dia memilih memakai kekuatan jejaring media sosial untuk memperkenalkan diri berikut visi dan misinya berpolitik.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com