Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Konvensi Demokrat, Nasibmu Kini...

Kompas.com - 12/03/2014, 06:35 WIB
Indra Akuntono

Penulis


AMBON, KOMPAS.com
 — Gelaran dan tahapan Konvensi Calon Presiden Partai Demokrat dihentikan sementara. Demokrat ingin mengerahkan kekuatannya untuk berkonsentrasi pada pemenangan pemilu legislatif pada 9 April mendatang. Apakah ini pertanda adanya kesadaran dari partai pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu bahwa konvensi tak bisa mendongkrak popularitas partai?

Sejak awal bergulir hingga memasuki tahapan debat kandidat, gaung Konvensi Demokrat tak membahana. Bahkan, ada yang menilai gagal, tak mampu mendongkrak popularitas dan elektabilitas partai.  

Direktur Eksekutif Pol Tracking Institute Hanta Yudha mengatakan, redupnya konvensi terjadi karena internal Demokrat tak solid mendukung kesuksesan gelaran ini. Kader Demokrat yang seharusnya bahu-membahu bersama Komite Konvensi justru seperti mundur teratur.

Dukungan tinggi dirasakan ketika konvensi dipercaya dapat memberikan keuntungan ganda, yaitu hasil yang signifikan di pemilu legislatif dan pemilihan presiden. Sebaliknya, dukungan itu merosot tajam ketika tak ada lagi keuntungan ganda yang dapat diperoleh.

"Tak ada lagi keuntungan ganda karena di pileg hampir tidak ada harapan bagi kandidat (konvensi) untuk bisa mendongkrak elektabilitas Demokrat," kata Hanta, Selasa (11/3/2014).

Menurut Hanta, kader Demokrat lebih tertarik mengupayakan pemenangan pemilu legislatif ketimbang mengangkat derajat konvensi. Akhirnya, semua berjalan sendiri-sendiri. Komite sibuk mengurusi konvensi dan kader Demokrat fokus mengupayakan pemenangan pemilu. Di sisi lain, kandidat konvensi dianggap tak piawai dalam melontarkan gagasan yang dapat menarik perhatian publik.

Pada Selasa (11/3/2013) kemarin, Komite Konvensi menyatakan, atas permintaan Majelis Tinggi Partai Demokrat, semua kegiatan dihentikan sementara selama masa kampanye terbuka pemilu pada 16 Maret-5 April 2014. Alasannya ialah agar semua potensi dalam konvensi dapat dikerahkan penuh untuk mengupayakan pemenangan pileg.  

Komite yang mayoritas anggotanya berasal dari eksternal Demokrat dibuat tak bertaji. Ibarat seorang tamu, Komite patuh pada aturan yang dibuat oleh "tuan rumah". Imbasnya, tiga kegiatan yang sudah terjadwal terpaksa ditunda pelaksanaannya, yakni debat kandidat di Semarang dan Banjarmasin serta seremoni penutupan konvensi di DKI Jakarta.

Saat dikonfirmasi, Sekretaris Komite Konvensi Capres Demokrat Suaidi Marasabessy membantahnya. Ia mengungkapkan, Komite telah bekerja solid dan penuh perhitungan. Hanya, ada hal-hal yang membuat Komite tetap harus memenuhi permintaan Majelis Tinggi untuk menghentikan sementara seluruh kegiatan konvensi. Hal-hal apa yang dimaksud, ia tak mau mengungkapkannya. 

Mengenai jadwal kegiatan, kata Suaidi, Komite telah menyusun rapi sejak jauh hari. Sebelumnya, menurut dia, Komite juga tak pernah mendapatkan informasi bahwa kegiatan konvensi tak boleh dilakukan selama masa kampanye. Informasi itu baru diterima pada awal Maret.

"Padahal, Komite bukan Demokrat, tapi Majelis Tinggi berpendapat lain. Permintaan itu dikomunikasikan belakangan karena situasi politik dinamis sekali," ujarnya.

Dengan kondisi ini, tugas Komite semakin berat. Di satu sisi, Komite dituntut menakhodai konvensi secara independen dan transparan, tetapi di sisi lain kendali masih berada di tangan Demokrat.  

Keuntungan tak dapat diraih. Konvensi pun hanya dipandang sebelah mata. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Harap PTUN Kabulkan Gugatan, PDI-P: MPR Bisa Tidak Lantik Prabowo-Gibran

Nasional
Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron Absen Sidang Etik Perdana

Nasional
Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Terbukti Selingkuh, Hakim Pengadilan Agama di Asahan Diberhentikan

Nasional
Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Dukung Program Prabowo-Gibran, Partai Buruh Minta Perppu Cipta Kerja Diterbitkan

Nasional
Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Sidang Gugatan PDI-P Kontra KPU di PTUN Digelar Tertutup

Nasional
Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Hakim MK Berang KPU Tak Hadiri Sidang Sengketa Pileg, Tuding Tak Pernah Serius sejak Pilpres

Nasional
PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

PTUN Gelar Sidang Perdana PDI-P Kontra KPU Hari Ini

Nasional
Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Profil Andi Gani, Tokoh Buruh yang Dekat dengan Jokowi Kini Jadi Staf Khusus Kapolri

Nasional
Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Timnas Lawan Irak Malam Ini, Jokowi Harap Indonesia Menang

Nasional
Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Peringati Hardiknas, KSP: Jangan Ada Lagi Cerita Guru Terjerat Pinjol

Nasional
Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Kekerasan Aparat dalam Peringatan Hari Buruh, Kontras Minta Kapolri Turun Tangan

Nasional
Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat 'Smart Card' Haji dari Pemerintah Saudi

Menag Sebut Jemaah RI Akan Dapat "Smart Card" Haji dari Pemerintah Saudi

Nasional
Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Sengketa Pileg, PPP Klaim Ribuan Suara Pindah ke Partai Garuda di Dapil Sumut I-III

Nasional
Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Temui KSAD, Ketua MPR Dorong Kebutuhan Alutsista TNI AD Terpenuhi Tahun Ini

Nasional
Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Jokowi Resmikan Bendungan Tiu Suntuk di Sumbawa Barat, Total Anggaran Rp 1,4 Triliun

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com