"Tidak bisa meningkatkan semangat publik untuk menyaksikan," kata Hanta, saat dihubungi, Selasa (11/3/2014).
Hanta mengaku sempat menilai positif konvensi ini karena gagasan yang diusung sangat baik, yakni mencari calon pemimpin berkualitas. Akan tetapi, semangat mencapai tujuan itu menurun karena sejumlah hal yang membelit Partai Demokrat. Alasan pertama, kata Hanta, adalah karena para petinggi dan pengurus Demokrat ingin fokus menghadapi Pemilu Legislatif 2014.
Gelaran konvensi yang semula dipercaya dapat mendongkrak elektabilitas partai ternyata gagal sehingga tak lagi dimanfaatkan oleh petinggi atau pengurus Demokrat. Selanjutnya, semua kandidat berikut dengan gagasan yang disampaikan belum dapat menjadi magnet untuk menarik perhatian publik. Dalam posisi ini, konvensi semakin gagal dan tak dapat dimanfaatkan untuk tujuan ganda.
"Di pileg hampir tidak ada lagi harapan bagi kandidat untuk bisa mendongkrak elektabilitas Demokrat. Mungkin bisa untuk pilpres, tapi SBY masih berkuasa dan bisa memengaruhi keputusan," ujarnya.
Gagalnya konvensi Demokrat dalam mendongkrak elektabilitas Demokrat, menurut Hanta, karena tertutupnya mekanisme yang dilakukan. Hasil survei yang semula akan dipublikasikan akhir Desember 2014, sampai saat ini tak kunjung nyata.
"Bagi publik, ini bukan suatu hajatan rakyat. Kejelasan mekanismenya masih diraba-raba, kurang terbuka," kata dia.
Saat ini, konvensi telah masuk babak debat antarkandidat. Debat kandidat telah digelar di delapan kota di Indonesia, yaitu Medan, Palembang, Bandung, Denpasar, Surabaya, Balikpapan, Bogor, dan Makassar. Pada hari ini, debat digelar di kota kesembilan, yakni di Gedung Islamic Center, di Kota Ambon. Setelah Ambon, rencananya debat kandidat akan kembali dihelat di Kota Semarang dan Banjarmasin. Setelah itu, DKI Jakarta dipilih sebagai lokasi pamungkas yang akan mengakhiri rangkaian debat kandidat tersebut.