Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ketua MA: 2013, Perkara yang Diputus Capai Jumlah Tertinggi dalam Sejarah

Kompas.com - 26/02/2014, 15:46 WIB
Rahmat Fiansyah

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Mahkamah Agung (MA) Hatta Ali mengatakan, pada tahun 2013, lembaganya mencatat rekor tertinggi sepanjang sejarah dalam hal memutus perkara. Sepanjang tahun 2013, kata Hatta, MA telah memutus 16.034 perkara atau naik 45,83 persen dibandingkan tahun sebelumnya, 10.995 perkara.

"Puji syukur ke hadirat Allah SWT bahwa jumlah perkara yang diputus pada tahun 2013 merupakan jumlah yang terbanyak, bahkan tertinggi dalam catatan sejarah Mahkamah Agung," kata Hatta dalam penyampaian tunggal laporan tahunan MA, di Kantor Sekretariat MA, Jakarta, Rabu (26/2/2014).

Selain itu, lanjutnya, pada tahun 2013, jumlah sisa perkara yang belum putus yang ditangani MA menunjukkan angka paling rendah dalam satu dekade terakhir. Hatta menyebutkan, pada akhir tahun 2013, MA memiliki 6.415 perkara atau turun 36,56 persen dari sisa pada tahun 2012, yaitu 10.112 perkara.

Dia mengatakan, capaian ini juga ditandai dengan meningkatnya rasio produktivitas dalam memutus, dan rasio penyelesaian perkara yang menjadi tolok ukur kinerja pengadilan. Menurut Hatta, kedua indikator tersebut menunjukkan perkembangan.

"Produktivitas dalam memutus (menunjukkan) peningkatan menjadi 71,42 persen. Untuk tingkat penyelesaian perkara, tahun ini, Mahkamah Agung mencapai rasio pengiriman kembali berkas ke pengadilan pengaju sebesar 100,19 persen atau lebih baik dari tahun 2012," kata dia.

Dia juga mengatakan, kerja keras aparatur peradilan pun diapresiasi oleh lembaga eksternal. Salah satunya dari Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Menurut dia, KPK menempatkan MA pada peringkat pertama sektor instansi nasional vertikal dengan nilai 7,05.

Selain KPK, kinerja MA dalam hal pengelolaan anggaran juga mendapat apresiasi dari Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Pada tahun 2013, Hatta mengatakan, MA mendapat predikat opini Wajar Tanpa Pengecualian (WTP) atas laporan keuangannya.

"Ini menjadi salah satu indikator dari terlaksananya reformasi birokrasi di lingkungan Mahkamah Agung," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan 'Presidential Club'

Ketidakharmonisan Hubungan Presiden Terdahulu jadi Tantangan Prabowo Wujudkan "Presidential Club"

Nasional
Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Bela Jokowi, Projo: PDI-P Baperan Ketika Kalah, Cerminan Ketidakdewasaan Berpolitik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com