Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Parpol Diminta Terbuka Sebutkan Sumbangan dari Perusahaan

Kompas.com - 23/02/2014, 22:03 WIB
Dian Maharani

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Partai politik (parpol) peserta Pemilihan Umum (Pemilu) 2014 diminta menjelaskan asal-usul sumbangan dana kampanye baik dari individu maupun perusahaan. Koordinator Indonesia Corruption Watch Ade Irawan mengatakan, ada peluang partai politik menerima dana haram.

"Kalau menggunakan berbagai cara, termasuk cara haram dan ilegal, parpol sudah tersandera dengan kepentingan," ujar Ade, di Jakarta, Minggu (23/2/2014).

Ia mencontohkan, pada pemilu sebelumnya, ditemukan adanya perusahaan fiktif yang memberikan sumbangan pada partai politik. Padahal, sumber dana sebenarnya hanya dari satu perusahaan atau individu. Menurutnya, hal ini juga rentan terjadi pada pemilihan presiden (pilpres).

"Induk perusahaan nyumbang, anak perusahaan nyumbang, individu nyumbang, padahal cuma satu itu yang nyumbang. Cukup banyak di pilpres. Kalau pileg enggak terlalu banyak. Lalu, misal buka perusahaan palsu. Waktu kami cek perusahaannya ternyata enggak ada," kata Ade.

Modus ini, lanjut Ade, dilakukan untuk mencegah terkuaknya dana maksimal yang diberikan perusahaan atau individu. Menurut Ade, sesuai aturan, sumbangan dana ke parpol dibatasi Rp 1 miliar-Rp 5 miliar untuk satu individu maupun perusahaan.

"Harus jelas tanggal diberikannya uang itu. Karena ada batas sumbangan dana, bisa saja mereka melakukan pemberian uang secara bertahap," ujarnya.

Selain itu, lanjut Ade, hubungan antara penyumbang dana parpol dan parpol atau individu harus jelas. Hal ini untuk mencegah maksud tertentu dalam pemberian uang yang bisa berdampak setelah pemilu. Data penyumbang dana seharusnya dirinci dalam laporan dana kampanye parpol.

"Seperti NPWP, pemegang saham mayoritas siapa, itu mesti ada. Ini tergantung bagaimana ketegasan KPU," katanya.

Ia juga menekankan perlunya audit investigatif untuk mendapati dugaan aliran dana tak wajar.

"Kalau auditnya hanya penyajian umum saja, ya enggak ada temuan. Harusnya audit investigatif," ujar Ade.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com