Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Marzuki Alie Sebut Koruptor di Demokrat Para Pendatang Baru

Kompas.com - 13/01/2014, 14:12 WIB
Sabrina Asril

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com - Wakil Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Marzuki Alie mengatakan, salah satu faktor yang menyebabkan melorotnya suara Partai Demokrat karena oknum kader partai yang terlibat kasus korupsi. Namun, kata Marzuki, tindakan itu dilakukan oleh para kader "pendatang baru", yang bergabung setelah Demokrat dideklarasikan berdiri tahun 2001.

"Mereka yang bermasalah ini kan aslinya bukan dari Partai Demokrat. Mereka datang sudah di tengah. Saya tahun 2003 dan Pak SBY yang dari awal tahun 2001," ujar Marzuki, di Kompleks Parlemen, Senin (13/1/2014).

Marzuki mencontohkan, Anas Urbaningrum baru bergabung setelah Pemilu 2004, saat masih menjadi anggota Komisi Pemilihan Umum (KPU). Demikian pula dengan Andi Alfian Mallarangeng, Muhammad Nazaruddin, dan Angelina Sondakh.

"Rata-rata mereka orang datang di tengah yang bawa banyak kasus," ujarnya.

Meski demikian, Mazuki menyatakan, partainya siap menerima kenyataanya citra Partai Demokrat terus tergerus oleh kasus-kasus korupsi. Ia mengungkapkan, Demokrat tidak boleh menolak takdir, namun tetap harus berusaha memperbaiki diri.

"Demokrat ada salah, kami minta maaf karena ada kader kami yang bermasalah. Kami sudah membayarnya dengan memecat orang-orang itu," kata peserta konvensi calon Presiden Partai Demokrat itu.

Suara terus melorot

Tiga kali survei Libang Kompas ada Desember 2012, Juni 2013, dan Desember 2013, menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat terus turun. Pada survei pertama, elektabilitas Demokrat mencapai 11,1 persen. Angka ini turun 1 persen menjadi 10,1 persen pada periode kedua dengan rilis hasil pada 2013, setelah melewati momentum penetapan tersangka di Komisi Pemberantasan Korupsi atas mantan ketua umum partai, Anas Urbaningrum.

Periode ketiga, saat konvensi untuk mencari kandidat calon presiden untuk diusung Partai Demokrat sudah bergulir, perolehan dukungan suara partai tak juga tertolong. Survei ketiga justru mendapatkan kembali melorotnya dukungan untuk Partai Demokrat, menjadi 7,2 persen saja.

Capaian ini bahkan lebih rendah dari perolehan suara mereka pada Pemilu 2004 yang tercatat 7,45 persen. Pemilu 2004 adalah pemunculan pertama kali Partai Demokrat dalam pesta demokrasi di Indonesia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com