Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pembunuh Nomor Satu Partai adalah Isu Korupsi

Kompas.com - 21/12/2013, 15:36 WIB
Icha Rastika

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Pengamat politik dari Pol-Tracking Institute, Hanta Yuda, mengatakan, pembunuh partai nomor satu adalah kasus dugaan korupsi yang menjerat kader partai. Isu korupsi dianggap dapat menjatuhkan elektabilitas suatu partai politik.

“Survei kami mencari faktor kegagalan parpol secara umum, pembunuh partai nomor satu adalah korupsi. Kedua, menurunnya kepercayaan masyarakat terhadap partai, pemberitaan, selanjutnya konflik internal,” kata Hanta dalam diskusi bertajuk “Setelah Atut Tersangkut” di Jakarta, Sabtu (21/12/2013).

Hanta lantas mencontohkan Partai Demokrat dan Partai Keadilan Sejahtera yang mengalami degradasi setelah ketua umumnya terjerat kasus korupsi. Anas Urbaningrum, mantan ketua Umum Partai Demokrat, terjerat kasus dugaan korupsi Hambalang dan mantan Presiden PKS Luthfi Hasan Ishaaq yang divonis 16 tahun penjara dalam kasus suap dan pencucian uang kuota impor daging sapi.

Menurut Hanta, dampak kasus korupsi begitu hebat bagi dua partai tersebut karena keduanya menjadikan isu antikorupsi sebagai jantung elektoral.

“Tapi kalau Golkar tidak menempatkan di jantungnya. Golkar memang paling tinggi tingkat kelembagaannya. Jadi, kalau mau menjatuhkan Golkar dengan isu korupsi, itu keliru. Kalau poros politik, antara JK dengan Aburizal Bakrie, kalau itu diputar, itu yang relatif lebih berpengaruh,” kata Hanta.

Dia menanggapi pertanyaan moderator diskusi mengenai kasus dugaan korupsi yang menjerat Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah yang juga pengurus Partai Golkar tersebut. Berbeda dengan Partai Demokrat dan PKS, menurut Hanta, isu korupsi tidak berpengaruh besar terhadap elektabilitas Golkar secara nasional meskipun pengaruhnya tetap besar di regional Banten.

Meski demikian, Hanta mengingatkan Golkar supaya tetap mengantisipasi agar kasus dugaan korupsi yang menjerat Atut isunya tidak menguat. Dia juga mengingatkan Golkar bahwa ada figur di luar partai yang patut diwaspadai.

“Justru ada figur kuat di luar Golkar dan bisa menggerus suara Golkar. Kita ingat 2009, 2004 magnet SBY yang sangat kuat. Harus diantisipasi kalau Jokowi sangat mungkin ambil suara Golkar ke PDI-P, tapi Golkar juga tidak boleh remehkan kasus korupsi ini, antisipasi isu itu agar tidak menguat,” ujarnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com