Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

LSI: Elektabilitas Terus Turun, Demokrat Bakal Jadi Parpol Papan Tengah

Kompas.com - 24/11/2013, 14:28 WIB
Ihsanuddin

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) menunjukkan elektabilitas Partai Demokrat terus merosot dari waktu ke waktu. Kini, elektabilitas partai pemenang pemilu legislatif 2009 itu, menurut LSI, telah berada di bawah 10 persen.

"Sejak tahun 2011, LSI telah merekam turunnya elektabilitas Partai Demokrat," kata Peneliti LSI Rully Akbat saat merilis hasil surveinya di Jakarta, Minggu (24/11/2013).

Hasil survei LSI yang dilakukan bulan Juni 2011, elektabilitas Demokrat merosot ke angka 15,7 persen (hasil Pileg 2009 sekitar 20 persen). Saat itu, kasus mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Nazaruddin, yang diungkap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah gencar dibicarakan di media dan publik.

Angka tersebut merosot dari survei di bulan Januari 2011, yakni sebesar 20,5 persen. Pada Januari 2012, LSI kembali melakukan survei dan hasilnya elektabilitas parpol pimpinan Susilo Bambang Yudhoyono itu kembali merosot ke angka 13,7 persen. Survei LSI terbaru yang dilakukan 12 september-5 oktober 2013, elektabilitas Demokrat kembali turun ke angka 9,8 persen.

"Artinya bahwa Partai Demokrat berpotensi hanya akan menjadi partai papan tengah dengan elektabilitas di bawah 10 persen," lanjut Rully.

Survei itu dilakukan terhadap 1200 responden di 33 provinsi dengan wawancara tatap muka. Sampel diambil dengan metode multistage random sampling. Adapun margin of error survei itu sebesar 2,9 persen.

Menurut Rully, kasus korupsi yang melanda sejumlah petinggi Demokrat menjadi faktor utama merosotnya elektabilitas partai berlambang Mercy itu. Kampanye Demokrat pada 2009 yang menyuarakan anti korupsi nyatanya menjadi kontradiksi dengan terlibatnya petinggi Demokrat dalam kasus korupsi.

Jika Demokrat tidak segera berhasil mengembalikan citranya, menurut Rully, tingkat dukungan publik akan terus merosot hingga digelarnya pemilu pada April 2014. Kondisi itu diyakini akan berdampak terhadap Konvensi Capres yang sedang diselenggarakan Demokrat.

Seperti diberitakan, SBY selaku Ketua Umum DPP Demokrat mengaku optimistis bisa kembali memenangkan Pileg 2014. Begitu pula dengan Pilpres. Menurut SBY, Demokrat tetap ingin bebas korupsi. Karena itu, lanjutnya, Demokrat menindak dan membersihkan semua kadernya yang terlibat korupsi. Jadi, ia tidak terima jika Demokrat disebut parpol korup.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk 'Presidential Club', Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Sebut SBY Setuju Prabowo Bentuk "Presidential Club", Demokrat: Seperti yang AS Lakukan

Nasional
Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Jokowi Diperkirakan Bakal Gunakan Pengaruhnya di Pilkada Serentak 2024

Nasional
Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Soal Kemungkinan Gabung Koalisi Prabowo, Cak Imin: Kita Lihat pada 20 Oktober

Nasional
Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Kementerian PPPA Akan Dampingi Anak Korban Mutilasi di Ciamis

Nasional
'Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya'

"Orang Toxic Jangan Masuk Pemerintahan, Bahaya"

Nasional
Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Prabowo Perlu Waktu untuk Bertemu, PKS Ingatkan Silaturahmi Politik Penting bagi Demokrasi

Nasional
Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Soal Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Bukan Cuma Harapan Pak Luhut

Nasional
Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Halal Bihalal Akabri 1971-1975, Prabowo Kenang Digembleng Senior

Nasional
Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin:  Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Anggap “Presidential Club” Positif, Cak Imin: Waktunya Lupakan Perbedaan dan Konflik

Nasional
Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Anggap Positif “Presidential Club” yang Ingin Dibentuk Prabowo, Cak Imin: Pemerintah Bisa Lebih Produktif

Nasional
Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta 'Selfie'

Jokowi Gowes Sepeda Kayu di CFD Jakarta, Warga Kaget dan Minta "Selfie"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com