JAKARTA, KOMPAS.com — Anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat mengaku kesal dengan sikap Pemerintah Australia yang tidak mau meminta maaf terkait penyadapan terhadap Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan sejumlah pejabat Indonesia. Kekesalan Ruhut itu diluapkannya ketika unjuk rasa di depan Kantor Kedutaan Besar Australia, Jakarta, Kamis (21/11/2013).
Saat itu, Ruhut naik ke atas mobil dan berorasi di tengah ratusan pengunjuk rasa. "Australia, kalau tidak mau minta maaf, go to hell!" teriak Ruhut diikuti sorak pengunjuk rasa.
Ruhut meluapkan kekesalannya berkali-kali. Menurut dia, Pemerintah Indonesia sudah tegas menghadapi sikap Negeri Kanguru itu yang seolah tidak hormat kepada Indonesia.
"Apa yang dilakukan Australia dengan kesombongan-kesombongannya, go to hell. Mereka sangat angkuh. Dubesnya, rakyat kita lagi begini, dia enak wara-wiri ke Papua," kata politisi Partai Demokrat itu.
Unjuk rasa tersebut diikuti ratusan orang dari Koalisi Organisasi Masyarakat Sipil Peduli Hankam. Mereka menuntut agar Australia meminta maaf secara resmi kepada Indonesia. Selain itu, mereka mendesak Australia memberikan klarifikasi secara terbuka terkait penyadapan.
Aksi unjuk rasa itu membuat arus lalu lintas di Jalan HR Rasuna Said, Kuningan, macet. Jalur lambat di depan Kedubes Australia sempat ditutup. Ratusan aparat kepolisian juga berjaga di sekitar lokasi.
Seperti diberitakan, hubungan antara Indonesia dan Australia kembali memanas setelah media Australia dan Inggris memuat dokumen rahasia yang dibocorkan mantan pegawai kontrak Badan Keamanan Nasional AS (NSA), Edward Snowden. Dalam dokumen itu terungkap bahwa dinas intelijen Australia, DSD, telah menyadap telepon seluler para pejabat tinggi Indonesia, termasuk Presiden dan Ny Ani Yudhoyono, pada Agustus 2009.
Presiden SBY mengaku tak habis pikir mengapa Australia melakukan penyadapan. Kemudian Presiden SBY mengirim surat kepada Perdana Menteri Australia Tony Abbott untuk meminta penjelasan dan sikap resmi Australia terkait penyadapan tersebut.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.