Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bekal Andi di Sel KPK

Kompas.com - 18/10/2013, 11:36 WIB
,

Tim Redaksi

Sumber hhhhhhhhhh


KOMPAS.com - Tidak banyak yang berubah dari Andi Alifian Mallarangeng. Jalannya masih tenang, mengayun, dan langkahnya panjang. Di depan kamera yang biasa dihadapinya, senyumnya tetap lebar. Batik lengan panjang yang menjadi kegemaran masih juga dikenakan. Perbedaan hanya pada rompi oranye bertuliskan ”Tahanan KPK” yang baru dikenakan.

Seperti selalu dilakukannya setiap jumpa pers ketika menjadi Juru Bicara Kepresidenan (2004-2009) saat memberi keterangan kepada wartawan di Gedung KPK, Kamis (17/10), Andi meminta wartawan tenang. Setelah memberi keterangan, ia juga mengucapkan terima kasih sebelum pergi.

Perbedaan hanya pada arah langkah kaki Andi. Jika saat menjadi juru bicara arah langkahnya ke Kompleks Istana Kepresidenan, kali ini arah langkah Andi ke ruang sempit berjeruji di lantai dasar Gedung KPK dengan mata berkaca-kaca. Tersangka kasus dugaan korupsi proyek pembangunan kompleks olahraga terpadu di Hambalang, Bogor, Jawa Barat, ini ditahan.

Melihat Andi sejak reformasi hingga kini, seperti melihat perjalanan matahari dalam sehari. Muncul ke publik di sekitar pemerintahan sebagai anggota Tim Revisi Undang-Undang Bidang Politik Departemen Dalam Negeri (1998), anggota Komisi Pemilihan Umum (1999-2000), dan Juru Bicara Kepresidenan, Andi mundur sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga (2009-2012) karena jadi tersangka kasus korupsi.

Dari perjalanannya itu, periode 2004-2009 merupakan periode puncaknya. Bersama Dino Patti Djalal, Andi bergantian tampil di media sebagai juru bicara. Keduanya tidak memadai disebut anggota ring satu Istana. Karena dekatnya dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, mereka kerap disebut anggota ”ring setengah”. Andi lalu diangkat jadi Menpora. Kekalahan Andi sebagai ”calon” Cikeas dari Anas Urbaningrum dalam perebutan posisi Ketua Umum Partai Demokrat (2010) menjadi titik surut Andi.

Beriringan dengan itu, sejumlah skandal korupsi menyeret petinggi Partai Demokrat. Sejumlah ikon partai diperiksa KPK sebagai saksi dan tersangka. Beberapa jadi terpidana. Angelina Sondakh dan Hartati Murdaya untuk menyebut beberapa. Mereka yang berkilauan di Partai Demokrat redup sinarnya karena skandal korupsi ini.

Jika hendak disebut prestasi, mundurnya Andi saat pertama setelah jadi tersangka korupsi adalah satu-satunya prestasi. Disebut prestasi karena inisiatifnya mundur mendapat banyak apresiasi. Di tengah etika pejabat yang kedodoran, langkah biasanya untuk mundur terlihat istimewa.

Apresiasi ini tampaknya jadi bekal Andi. KPK dengan tenang dihadapi. Beberapa kesempatan diperiksa sebagai tersangka, koper sudah dibawa. Saat menaiki tangga KPK menuju ruang tunggu, Andi berkata, ”Sejak minggu lalu saya siap ditahan. Koper juga sudah siap.”

Lima menit setelah masuk sel, dua koper dan dua tas jinjing untuk Andi diantar dengan Mitsubishi Pajero Sport. Tak lama kemudian, adik Andi, Rizal Mallarangeng, hendak menjenguk. Namun, niatnya ditolak. Waktu jenguk adalah Senin dan Kamis pukul 10.00-12.00. Koper tambahan untuk Andi dititipkan Rizal ke resepsionis. Di antara barang yang diantar adalah novel Inferno tulisan Dan Brown. Novel tentang absennya keberpihakan saat terjadi krisis moral ini adalah permintaan Andi.

Ada satu lagi yang berbeda dari Andi belakangan ini. Sebelum jadi tersangka, dia selalu memanggil lawan bicaranya dengan sebutan ”bos”. Sejak jadi tersangka, Andi jarang memanggil pihak lain dengan sebutan ini. Mungkin Andi tengah memilah-milah siapa ”bos” sebenarnya. Kepada KPK, Andi bisa leluasa cerita. (K01/OSA/INU)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi ke Megawati untuk Susun Kabinet, Politikus PDI-P: Itu Hak Prerogatif Pak Prabowo

Nasional
LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir 'Game Online' Bermuatan Kekerasan

LPAI Harap Pemerintah Langsung Blokir "Game Online" Bermuatan Kekerasan

Nasional
MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

MBKM Bantu Satuan Pendidikan Kementerian KP Hasilkan Teknologi Terapan Perikanan

Nasional
PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

PAN Siapkan Eko Patrio Jadi Menteri di Kabinet Prabowo-Gibran

Nasional
Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

Nasional
Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

Nasional
'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

"Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

Nasional
Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com