"Biarlah Amien berbicara. Amien Rais sedang mencoba melawan arus, yang sayangnya tanpa dasar," ujar Indria, kepada Kompas.com, Jumat (27/9/2013).
Sebelumnya, kata Indria, mantan Ketua MPR itu pernah mengeluarkan pernyataan yang tajam, seperti masalah federalisme dan peninjauan kembali kontrak-kontrak tambang asing. Meski demikian, Indria menilai Amien mengeluarkan pernyataan yang tidak logis dalam menilai Jokowi.
"Sebelumnya kan Amien pernah juga meragukan nasionalisme Jokowi. Itu dasarnya apa? Tolok ukurnya apa?" katanya.
Selain itu, menurut Indria, jika sebagai akademisi, latar belakang Amien yang merupakan Guru Besar Hubungan Internasional, kurang kompeten dalam menilai sosok Jokowi.
"Kalau Amien bicara tentang politik Timur Tengah, Ikhwanul Muslimin, bolehlah. Kan disertasinya tentang itu," kata peneliti di Habibie Center itu.
Kritik Amien
Saat memberi kuliah umum di hadapan ratusan mahasiswa Universitas Diponegoro, Semarang, Jawa Tengah, Selasa (24/9/2013), Amien menyamakan Jokowi dengan mantan Presiden Filipina Joseph Estrada. Kesamaannya, menurut Amien, mereka dipilih karena populer. Menurutnya, Estrada terpilih sebagai presiden karena popularitasnya sebagai bintang film di Filipina.
Namun, kata Amien, ia hanya bertahan beberapa bulan memimpin Filipina setelah digulingkan melalui kudeta dan digantikan oleh Gloria Macapagal Arroyo.
"Joseph Estrada setiap malam kerjanya hanya mabuk, dan dia dipilih hanya berdasarkan popularitasnya," ujar Amien.
Ia berharap, Indonesia tidak memilih Jokowi sebagai presiden pada Pemilihan Presiden 2014 hanya karena popularitasnya. "Jokowi memang tidak separah Joseph Estrada, tapi jangan memilih dia karena popularitasnya saja," kata Amien.
Amien mengungkapkan, saat dipimpin Jokowi, Solo merupakan salah satu kota termiskin di Jawa Tengah. Jokowi pernah menjadi Wali Kota Solo selama hampir dua periode, sebelum memutuskan bertarung dalam Pilkada DKI Jakarta 2012.
"Daerahnya masih banyak yang kumuh, hanya Slamet Riyadi saja yang bagus. Tapi Jokowi malah dinobatkan sebagai wali kota nomor tiga terbaik di muka bumi, mungkin hanya karena popularitas," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.