Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
ADVERTORIAL

Pilihan Terbaik, Nuklir Atasi Krisis Energi

Kompas.com - 10/08/2013, 06:41 WIB
advertorial

Penulis

JAKARTA—Setiap kali kenaikan harga BBM, kita selalu panik dan berpikir untuk mencari sumber energi alternatif. Karena kita tahu, ketergantungan negeri ini terhadap bahan bakar minyak (BBM) dan gas sangat tinggi. Sedangkan, cadangan minyak bumi Indonesia hanya 9 miliar barel (Kemen. ESDM, 2013) yang diperkirakan akan habis selama 18 tahun dengan laju produksi rata-rata 500 juta barel per tahun.

Pemerintah telah berupaya guna mengatasi persoalan kekurangan energi yang mendekati krisis ini. Diantaranya diversifikasi dan konservasi energi. Diversifikasi energi atau penganekaragaman pemakaian energi dengan meningkatkan pemanfaatan energi: nuklir, surya, biomassa, angin, air, dan panas bumi. Sedangkan konservasi energi meliputi pemanfaatan energi yang efisien dan menerapkan manajemen energi di semua sektor yaitu sektor industri, transportasi, rumah tangga, dan komersial.

Terdapat keinginan untuk mendorong penggunaan energi baru dan terbarukan (EBT) untuk mengimbangi penurunan penggunaan energi fosil. Salah satu jenis EBT yang kemungkinan dikembangkan adalah energi nuklir. Pengembangan ini dilakukan mengingat beberapa kelebihan dari energi nuklir, diantaranya, bahan bakarnya tidak mahal dan ramah lingkungan. Energi yang dihasilkan sangat besar dan tidak mempunyai efek gas rumah kaca serta hujan asam.

Energi nuklir bisa dijadikan pendamping sumberdaya energi berbasis hidrokarbon. Kedua energi tersebut bisa memenuhi kebutuhan energi nasional untuk mendukung pembangunan berkelanjutan.

Penggunaan teknologi nuklir sebagai salah satu sumber energi listrik telah dikembangkan sejak  tahun 1950-an. Tidak kurang dari 31 negara menggunakan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) sebagai sumber energi di negaranya saat ini.  Di antaranya adalah Amerika Serikat, Perancis, Rusia, India, Pakistan, Brazil, Argentina, dan Vietnam. Dua negara Asia Tenggara lainnya seperti Malaysia dan Thailand menyusul. Kedua negara yang belakangan mengenal teknologi nuklir itu sudah membentuk tim persiapan pembangunan PLTN.

Sayangnya, meskipun di kawasan Asia Tenggara, Indonesia lebih dahulu memiliki dan menguasai teknologi nuklir dan mempunyai SDM yang cukup mumpuni, hingga hari ini belum bergerak dari wacana. Padahal payung hukum dan regulasi yang mendampinginya sudah tersedia. Bahkan, semestinya PLTN sudah didirikan pada tahun 2010.

Sejak 1954, pemerintah melalui Lembaga Tenaga Atom (LTA), yang kini menjadi Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), mempersiapkan visi besar bangsa Indonesia dalam pemanfaatan teknologi nuklir sebagai sumber energi untuk mencukupi kebutuhan nasional. Namun PLTN belum berdiri di tanah Indonesia. Padahal Indonesia sebagai negara terbesar keempat dengan penduduk sebanyak 250 juta manusia membutuhkan energi terutama listrik dalam menjalankan aktivitasnya. Ketersediaan energi listrik tersebut masih jauh dari cukup bahkan untuk aktivitas konsumsi sekalipun.

Mempertimbangkan perbandingan 20 gram uranium setara dengan 2 ton batu bara, menyebabkan negara-negara maju berlomba-lomba membangun PLTN untuk mendukung kemajuan bangsanya. Fakta menunjukkan bahwa negara yang sudah memiliki PLTN mempunyai tingkat ekonomi yang kuat dan keter­sediaan energi mereka terjamin. Di samping itu, udara tetap bersih, tidak tercemari polusi Karena PLTN bersifat rendah emisi karbon.

Nilai konsumsi energi listrik rakyat Indonesia 588 KWh per kapita yang menempati nomor tiga terendah di ASEAN. Sedangkan dari sisi elektrifikasi jaringan listrik di Indonesia baru menjangkau 67% rakyat Indonesia. Angka 67% belum mempertimbangkan kualitas, kuantitas dan realibilitas energi listrik yang tersalurkan.

Dengan kondisi listrik yang demikian, Indonesia harus mengejar pembangunan infrastruktur listrik. Pembangunan pembangkit dengan kapasitas besar menjadi agenda utama. Indonesia saat ini memprioritaskan pembangunan PLTU batubara untuk mengejar penyediaan energi listrik.

PLTN berbahaya? PLTN selalu dikaitkan dengan bom nuklir dan bom radiasi. Teknologi apapun memiliki sisi manfaat dan sisi perusak. Sebilah pisau akan memberi manfaat di tangan seorang koki dan sebaliknya akan berbahaya jika dipegang seorang penodong. Begitu juga dengan teknologi nuklir. Keamanan dan keselamatan akan dijamin di tangan orang-orang yang bermimpi untuk memanfaatkan energi nuklir sebagai sumber energi listrik.

Kemampuan SDM serta penguasaan teknologi nuklir yang dimiliki BATAN sekarang ini, menjadi modal utama dalam mendirikan PLTN dalam waktu dekat. Indonesia harus mempunyai sikap jelas dalam menghadapi kemungkinan krisis listrik di masa depan. Menjadikan energi nuklir sebagai solusi mengatasi krisis merupakan pilihan yang terbaik. Jadi, tunggu apa lagi? (adv)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Timnas Kalah Lawan Irak, Jokowi: Capaian Hingga Semifinal Layak Diapresiasi

Nasional
Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Kunker ke Sumba Timur, Mensos Risma Serahkan Bansos untuk ODGJ hingga Penyandang Disabilitas

Nasional
KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

KPK Kembali Panggil Gus Muhdlor Sebagai Tersangka Hari Ini

Nasional
Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Teguran Hakim MK untuk KPU yang Dianggap Tak Serius

Nasional
Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Kuda-kuda Nurul Ghufron Hadapi Sidang Etik Dewas KPK

Nasional
Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Laba Bersih Antam Triwulan I-2024 Rp 210,59 Miliar 

Nasional
Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Jokowi yang Dianggap Tembok Besar Penghalang PDI-P dan Gerindra

Nasional
Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo', Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Sebut Jokowi Kader "Mbalelo", Politikus PDI-P: Biasanya Dikucilkan

Nasional
[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri 'Triumvirat' Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

[POPULER NASIONAL] PDI-P Harap Putusan PTUN Buat Prabowo-Gibran Tak Bisa Dilantik | Menteri "Triumvirat" Prabowo Diprediksi Bukan dari Parpol

Nasional
Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 5 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Sempat Berkelakar Hanif Dhakiri Jadi Menteri, Muhaimin Bilang Belum Ada Pembicaraan dengan Prabowo

Nasional
PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

PKS Janji Fokus jika Gabung ke Prabowo atau Jadi Oposisi

Nasional
Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Gerindra Ungkap Ajakan Prabowo Buat Membangun Bangsa, Bukan Ramai-ramai Masuk Pemerintahan

Nasional
PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

PKB Terima Pendaftaran Bakal Calon Kepala Daerah Kalimantan, Salah Satunya Isran Noor

Nasional
ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

ICW Sebut Alasan Nurul Ghufron Absen di Sidang Etik Dewas KPK Tak Bisa Diterima

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com