Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sapi Indonesia Vs Australia

Kompas.com - 27/07/2013, 20:21 WIB

Oleh:

KOMPAS.com - Dalam konteks peternakan sapi, Indonesia dan Australia tak layak dibandingkan karena bukan perbandingan apel ke apel. Meski demikian, saya ingin menyajikan dinamikanya dan bagaimana akhir perbandingan tersebut saat ini.

Di Indonesia lebih dari 98 persen ternak dikuasai 6,5 juta peternak kecil dengan skala kepe- milikan 2-3 ekor per peternak. Ternak dipelihara di belakang rumah dan peternak memberi makan di sisa waktunya setelah usaha pokoknya selesai. Hanya kurang dari 2 persen sapi ternakan dikuasai perusahaan ternak besar di Indonesia. Yang dipelihara pun sapi bakalan dari Australia.

Di Australia sapi ternakan dikuasai hanya ratusan peternak besar dengan skala kepemilikan puluhan ribu ekor per peternak. Ternak dipelihara di lahan pastura puluhan ribu hektar. Ini satu beda pokok. Masih banyak beda lain yang semuanya mengarah pada daya saing peternakan sapi di Australia jauh lebih tinggi daripada di Indonesia.

Di Australia pada Juni 2013 harga daging sapi Rp 37.830 per kg, lebih rendah ketimbang harga pada Desember 2012: Rp 42.195 per kg. Mungkin salah satu penyebab penurunan harga itu dipicu kebijakan Pemerintah Indonesia membatasi impor daging sapi dan impor sapi.

Di Indonesia sebaliknya. Sejak November 2012, harga daging sapi naik hingga menembus Rp 100.000 per kg pada Juni 2013. Padahal, harga yang wajar menurut beberapa peternak Rp 75.000. Berdasarkan harga itu, sangat jelas konsumen di Indonesia paling dirugikan. Idealnya konsumen membeli daging dengan harga murah, tetapi peternak tetap untung.

Kalau membuat harga daging murah dengan bebas membuka keran impor daging dari Australia, peternak yang buntung seperti kejadian pada tahun 2009 dan 2010. Jadi, itu cara yang tidak pas. Perlu dicari solusi agar terjadi keseimbangan yang menguntungkan peternak sebagai produsen dan konsumen.

Pandangan saya begini. Karena ada pengetatan kuota impor daging sapi dan impor sapi bakalan, pengusaha penggemukan sapi (PPS) membeli sapi bakalan dari peternak kecil. PPS ini pada posisi membutuhkan sapi sehingga harga sapi bakalan di peternak lumayan tinggi dan peternak pun semringah.

Namun, tingginya harga di peternak kecil masih masuk kalkulasi untung di pihak PPS. Akibatnya, para belantik (perantara) gigit jari karena kesulitan mendapatkan sapi. Peternak lebih suka menjual sapi kepada pengusaha besar daripada kepada belantik karena harga lebih baik. Hanya peternak yang terdesak situasi saja yang melepas sapinya kepada belantik.

Hal ini berimbas kepada para jagal kecil. Pasokan sapi sulit didapat sehingga daging di pasaran langka. Hukum ekonomi pun berjalan: harga daging melonjak naik. Situasi seperti ini mulai tampak sejak November 2012.

Kesempatan harga daging yang tinggi di Indonesia ini tidak disia-siakan PPS. Mereka mengerem pelepasan sapi mereka untuk dipotong sehingga harga daging tetap tinggi. Mumpung ada kesempatan mengeruk untung banyak, mengapa tak dilakukan?

Selama ini yang untung besar importir daging saja, bukan importir sapi bakalan, karena selisih harga daging di Australia dan di Indonesia jauh. Jadi, pihak yang berwajah murung pada situasi saat ini adalah belantik, jagal kecil, importir daging sapi, dan konsumen! Yang gembira: PPS.

Peran pemerintah

Bagaimana pemerintah harus memainkan peran? Dalam jangka pendek dan sudah dilaksana- kan adalah mengimpor daging sapi. Importirnya bulog, dengan harapan harga daging sapi turun sampai ke Rp 75.000 per kg. Jika langkah ini berhasil dan digunakan terus selanjutnya, ini bisa berbahaya. Pelan tetapi pasti, sapi lokal kita habis terkuras. Hasil Sensus Pertanian 2013 mengindikasikan kekhawatiran ini.

Sensus Pertanian 2013 (Kompas, 17 Juli 2013) menyimpulkan, populasi sapi turun 19 persen dari data yang dirilis pada 2011. Kita menghormati data ini karena diterbitkan BPS yang kompeten. Dosa akibat hasil itu seolah-olah dibebankan kepada Kementerian Pertanian saja, lebih khusus Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH), sebagai lembaga pemerintah yang berwenang teknis dalam peternakan. Tak semudah itu!

Anggaran yang digelontorkan pemerintah pusat ke Ditjen PKH menjalankan program swasembada daging sapi dan kerbau hanya sanggup membenahi usaha persapian di Indonesia tak lebih dari 10 persen populasi sapi lokal yang dikuasai peternak kecil itu. Misalnya, kegiatan pengendalian pemotongan sapi betina produktif hanya sanggup ditargetkan (2013) 142.520 sapi; distribusi pejantan pemacek ke wilayah noninseminasi buatan ditargetkan 6.250 ekor; peningkatan gizi pakan ditargetkan untuk sekitar 32.000 sapi.

Anggaran yang tak banyak itu juga digunakan untuk kegiatan lain yang tak langsung berdampak pada peningkatan populasi sapi, seperti pembentukan kelompok baru bagi peternak pemula, pelatihan bagi inseminator, dan peningkatan keterampilan peternak.

Jika kegiatan yang ditargetkan pada 2013 itu berhasil 100 persen, jelas dampaknya hanya dirasakan oleh, dugaan saya, tidak lebih dari 400.000 sapi. Padahal, jumlah sapi lokal betina produktif di Indonesia yang perlu dibenahi dan ditingkatkan produktivitasnya sekitar 3,5 juta ekor. Jadi, banyak ternak lokal dan peternak kecil yang tak tersentuh program swasembada. Banyak pula peternak yang tidak tahu program swasembada daging karena kebanyakan dari mereka lulusan SD/SMP saja.

Jadi, peternak kecil di Indonesia bertanding sendiri dengan peternak di Australia untuk memenuhi kebutuhan daging sapi bagi konsumen Indonesia, khususnya di Jabodetabek. Siapa yang menang? Dua-duanya masih semangat beternak sapi, tetapi juara saat ini: PPS. Importir daging sebagian berurusan dengan KPK dan menyeret petinggi partai.

Momentum ini harus mengubah strategi pemerintah membangun peternakan sapi di Indonesia dengan anggaran terbatas itu. Gotong royong pemerintah, pengusaha, dan peternak kecil harus dioptimalkan.

Muladno, Guru Besar Fakultas Peternakan IPB
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

KPK Sebut Gus Muhdlor Terima Uang Korupsi Lewat Sopirnya

Nasional
Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Polri Tangkap 142 Tersangka hingga Blokir 2.862 Situs Judi Online

Nasional
Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Cuaca di Arab Sangat Panas, Ma'ruf Amin: Jangan Sampai Jemaah Haji Meninggal Kepanasan

Nasional
Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Prabowo Diminta Hindari Kepentingan Bagi-bagi Kursi, Jika Tambah Jumlah Kementerian

Nasional
Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Ada Wacana Duet dengan Ahok di Pilkada DKI, Anies: Memutuskan Saja Belum

Nasional
Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Anies Ingin Memastikan Pilkada Berjalan Jujur dan Bebas Intervensi Sebelum Tentukan Langkah

Nasional
Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Kegiatan Ibadah Mahasiswa di Tangsel Dibubarkan Warga, Menko Polhukam Minta Saling Menghormati

Nasional
JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang 'Toxic'

JK: Pelanggar UU Lebih Tidak Boleh Masuk Pemerintahan Ketimbang Orang "Toxic"

Nasional
Tanggapi Luhut soal Orang 'Toxic', Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Tanggapi Luhut soal Orang "Toxic", Anies: Saya Hindari Diksi Merendahkan atas Perbedaan Pandangan

Nasional
Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Profil Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor, Dulu Antikorupsi, Kini Ditahan KPK

Nasional
Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim 'Red Notice' ke Interpol

Buru WN Nigeria di Kasus Email Bisnis Palsu, Bareskrim Kirim "Red Notice" ke Interpol

Nasional
Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Sama Seperti Ganjar, Anies Berencana Berada di Luar Pemerintahan

Nasional
Anggap 'Presidential Club' Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Anggap "Presidential Club" Prabowo Positif, Jusuf Kalla: di Seluruh Dunia Ada

Nasional
Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Dituntut 1 Tahun Penjara Kasus Pencemaran Nama Ahmad Sahroni, Adam Deni Ajukan Keberatan

Nasional
Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Anies Mengaku Belum Bicara Lebih Lanjut Terkait Pilkada DKI Jakarta dengan Surya Paloh

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com