Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ormas Anarkistis "Langgeng" karena Aparat "Lembek"

Kompas.com - 19/07/2013, 14:06 WIB
Indra Akuntono

Penulis


JAKARTA, KOMPAS.com — Ketua Komisi III DPR Gede Pasek Suardika menilai aparat masih "lembek" dalam menindak organisasi masyarakat (ormas) yang berbuat semena-mena dan rentan memicu konflik. Pernyataannya ini terkait bentrok yang terjadi antara warga di Kendal, Jawa Tengah, dengan massa Front Pembela Islam (FPI). Bentrokan antara massa FPI dan warga Kendal berawal dari kecelakaan lalu lintas yang menewaskan seorang warga berjenis kelamin perempuan.

Menurutnya, masalah ini akan selesai ketika ada tindakan tegas terhadap pelakunya. Pasek mengatakan, tak tegasnya tindakan hukum yang diambil aparat itu seakan memberikan legalitas kepada ormas untuk sesuka hati melakukan kegiatannya.

Lebih jauh, menurutnya, lemahnya penindakan juga akan menyebabkan suburnya hukum rimba di masyarakat.

"Pelakunya ditindak, kan lama-lama organisasinya juga akan surut. Tapi, kalau dibiarkan malah berkembang," kata Pasek saat dihubungi pada Jumat (19/7/2013).

Politisi Partai Demokrat ini menyampaikan, dalam banyak kasus kekerasan yang dilakukan oleh ormas, hampir semuanya terjadi karena perilaku oknum dalam ormas tersebut. Ia keberatan jika kebijakan atau ancaman sanksi hanya fokus pada ormas bersangkutan.

Pasek mengimbau, masyarakat atau aparat penegak hukum dan pemerintah tidak terjebak dalam lembaga sentris. Menurutnya, ada cara berpikir yang harus diubah karena kekerasan ormas terjadi atas perilaku manusia, dan bukan organisasinya.

"Memangnya kalau dibubarkan tidak bisa buat baru lagi? Proses hukum (pelakunya) dengan tegas. Masalahnya kan selama ini tidak pernah tegas," ujarnya.

Warga Kendal vs FPI

Diberitakan sebelumnya, warga dan massa FPI Temanggung terlibat bentrok di Sukorejo, Kendal, Jawa Tengah, Kamis (18/7/2013). Insiden ini berawal dari peristiwa sehari sebelumnya, yang  tersulut peristiwa kecelakaan lalu lintas. Pada Rabu (17/7/2013) siang, massa FPI melakukan sweeping di Lokalisasi Sarem dan beberapa tempat hiburan lain di Kecamatan Sukorejo. Mereka datang mengendarai tiga mobil.

Dalam aksi itu, lokalisasi dan tempat hiburan dirusak. Di tengah sweeping, terjadi bentrok antara warga setempat dan massa FPI. Warga memberikan perlawanan terhadap tindakan massa FPI dan merusak satu mobil yang ditumpangi massa FPI di Bundaran Sukorejo. Dalam insiden Rabu tersebut, dua orang dari FPI mengalami luka ringan. Keduanya juga sempat ditahan di Polsek Patean.

Sampai menjelang Rabu petang, warga masih berjaga-jaga di beberapa titik desa. Pada Rabu malam, ada perwakilan warga mendatangi pemimpin FPI di Temanggung. Perwakilan warga bermaksud meminta ganti rugi atas perusakan yang dituding dilakukan massa FPI. Permintaan ganti rugi itu ditolak.

Pada Kamis (18/7/2013), warga Sukorejo mendapat kabar akan ada serangan balasan dari massa FPI. Sejak pagi, warga sudah bersiap untuk memberi perlawanan. Sekitar pukul 13.00 WIB, massa FPI benar-benar datang dengan menumpang tujuh mobil, berkeliling kampung. Kali ini, kedatangan mereka sudah dikawal polisi.

Mengetahui kedatangan massa FPI, sebagian warga keluar dan berkumpul di Bundaran Sukorejo. Bentrokan kecil sempat terjadi dan massa FPI langsung meninggalkan lokasi. Namun, saat meninggalkan Sukorejo itu, mobil dari FPI menabrak seorang ibu yang sedang mengendarai sepeda motor di Jalan Sukorejo-Parakan. Ibu yang tengah memboncengkan anaknya itu tewas. Kemarahan warga terpicu.

Ratusan warga mendatangi lokasi dan mengejar mobil yang menabrak ibu itu. Warga berhasil mengejar rombongan mobil tersebut di Patean, sekitar dua kilometer dari Sukorejo. Mobil Avanza, salah satu kendaraan yang ditumpangi massa FPI, langsung dibakar.

Ketika insiden kecelakaan hingga pembakaran mobil terjadi, sebagian massa FPI masih ada yang "tertinggal" di Sukorejo. Mereka yang tertinggal ini adalah yang sedang shalat di Masjid Agung Sukorejo. Mereka pun kemudian ditahan tetap berada di masjid ketika warga sudah berkumpul lagi di Bundaran Sukorejo.

Ratusan polisi dan TNI diturunkan untuk mengatasi kerusuhan ini. Massa FPI yang tertahan di masjid dievakuasi ke Polres Kendal pada Kamis sore.

Sekretaris FPI Jateng, Mustafid, mengatakan, bentrok Kamis ini murni soal salah paham dengan kecelakaan lalu lintas itu. "Kejadian itu tidak sengaja. Tidak mungkin FPI sengaja menabrak ibu-ibu yang naik sepeda motor," kata dia, Kamis (18/7/2013).

Mustafid mengatakan, dalam insiden Kamis, massa FPI hanya berjumlah 27 orang, dipimpin Ketua FPI Temanggung, Burhanuddin. Dia menyebutkan, ada lima orang anggotanya terluka dan seluruh rombongan tersebut sudah diminta keterangan oleh polisi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Dikonfrontasi Jaksa, Istri SYL Tetap Bantah Punya Tas Dior dari Duit Kementan

Nasional
Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Bos Maktour Travel Mengaku Hanya Diminta Kementan Reservasi Perjalanan SYL ke Saudi, Mayoritas Kelas Bisnis

Nasional
Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Jadi Tenaga Ahli Kementan, Cucu SYL Beralasan Diminta Kakek Magang

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Wakil Ketua MK: Sistem Noken Rentan Dimanipulasi Elite

Nasional
Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Putusan Bebas Gazalba Saleh Dikhawatirkan Bikin Penuntutan KPK Mandek

Nasional
Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Polemik Putusan Sela Gazalba, KPK Didorong Koordinasi dengan Jaksa Agung

Nasional
Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Jadi Ahli Sengketa Pileg, Eks Hakim MK: Mayoritas Hasil Pemilu di Papua Harus Batal

Nasional
UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

UKT Batal Naik Tahun Ini, Pemerintah Dinilai Hanya Ingin Redam Aksi Mahasiswa

Nasional
Komisi X Apresiasi Pemerintah karena Batalkan Kenaikan UKT Mahasiswa

Komisi X Apresiasi Pemerintah karena Batalkan Kenaikan UKT Mahasiswa

Nasional
Jokowi Bertemu Sekjen OECD di Istana Bogor

Jokowi Bertemu Sekjen OECD di Istana Bogor

Nasional
Anak SYL Sebut Siap Kembalikan Uang yang Dinikmatinya Usai Ditantang Jaksa

Anak SYL Sebut Siap Kembalikan Uang yang Dinikmatinya Usai Ditantang Jaksa

Nasional
Usai Diduga Dibuntuti Densus 88, Jampidsus Kini Dilaporkan ke KPK

Usai Diduga Dibuntuti Densus 88, Jampidsus Kini Dilaporkan ke KPK

Nasional
Bantah Minta Rp 200 Juta untuk Renovasi Kamar, Anak SYL: Enggak Pernah Terima Angka Segitu Fantastis

Bantah Minta Rp 200 Juta untuk Renovasi Kamar, Anak SYL: Enggak Pernah Terima Angka Segitu Fantastis

Nasional
Akui Minta Rp 111 Juta untuk Aksesori Mobil, Anak SYL: Saya Ditawari

Akui Minta Rp 111 Juta untuk Aksesori Mobil, Anak SYL: Saya Ditawari

Nasional
Saksi Ungkap soal Grup WhatsApp Bernama 'Saya Ganti Kalian' di Era SYL

Saksi Ungkap soal Grup WhatsApp Bernama "Saya Ganti Kalian" di Era SYL

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com