Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Artis Votegetter, Gambaran Buruk Perekrutan Partai

Kompas.com - 02/05/2013, 23:13 WIB
Angger Andreas

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com- Jumlah artis di parlemen periode 2014-2019 diperkirakan akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode 2009-2014 yang berjumlah 18 orang. Banyaknya artis yang dijadikan alat peraih suara merupakan gambaran buruknya rekruitmen calon legislatif yang dilakukan partai politik.

Demikian diungkapkan Wakil Ketua DPR RI Pramono Anung dan Pengamat Politik Tjipta Lesmana dalam diskusi bersama wartawan di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (2/5/2013).

Menurut Pramono, tidak banyak artis yang aktif di dalam parlemen. "Sebenarnya tidak masalah artis hadir di parlemen. Tetapi sejauh mana mereka aktif dalam tiga fungsi DPR, legislasi, pengawasan dan anggaran," katanya.

Pramono mengatakan, DPR periode 2009-2011 sudah memiliki potret buruk. Jangan sampai di periode 2014-2019 dengan bertambahnya jumlah artis di parlemen, potret DPR semakin buruk. "Namun, saya harus mengakui bahwa ada beberapa artis yang memiliki kinerja cukup baik seperti Venna Melinda, Nurul Arifin, Tantowi Yahya, dan Dedi Gumelar (Miing Bagito)," ujarnya.

Menurut Tjipta Lesmana, semakin banyak artis yang menjadi wakil rakyat di DPR, maka kondisi masyarakat Indonesia akan semakin merosot pula. "Oleh karena itu masyarakat harus serius dalam gerakan menolak artis yang tidak bersuara di DPR. Bagaimanapun juga, DPR seharusnya dipenuhi oleh politisi dan akademisi, bukan oleh artis," tuturnya.

Tjipta mengungkapkan, saat ini ada kecenderungan bahwa pribadi-pribadi potensial justru tidak tertarik menjadi anggota DPR. "Mereka enggan menjadi wakil rakyat di DPR karena saat ini DPR sudah tercemar, dua persen dari keseluruhan anggota DPR diciduk KPK," ucapnya.

Tjipta mendesak pimpinan partai politik agar lebih serius dalam melakukan perekrutan anggota legislatif. "Pemimpin partai seharusnya mencari pribadi-pribadi yang memiliki kepedulian, bukan hanya mencari pribadi yang hanya dijadikan alat peraih suara," tegasnya.

Adapun, Yessy Gusman yang juga hadir pada diskusi siang itu mengatakan, para artis yang hanya dijadikan alat peraih suara harusnya merasa tersinggung. Artis tahun 80-an itu rencanyanya akan maju bersama PDIP dalam pemilu 2014.

"Ini seperti masuk kandang macan, jujur saya takut. Saya akan berjuang dengan bersih. Kalaupun kalah, saya kalah dengan terhormat," ujarnya.

Sementara itu, Ayu Azhari justru mengungkapkan bahwa artis tidak perlu tersinggung bila dijadikan alat peraih suara. "Dalam Pemilu, artis dan partai politik memiliki hubungan yang saling menguntungkan. Partai bisa meraih suara dengan cepat, sedangkan artis bisa masuk ke dalam dunia yang baru dengan cepat," ujarnya.

Menurut Ayu, DPR seharusnya tidak hanya diisi oleh politikus saja. "DPR itu perwakilan masyarakat, tempat bagi orang-orang yang dikenal oleh masyarakat. Jadi tidak salah kalau artis menjadi anggota DPR," tuturnya.

Beberapa kali Ayu Azhari dikabarkan juga akan mencalonkan diri sebagai salah satu anggota legislatif. Menanggapi hal itu, dengan tegas ia mengatakan, dirinya tidak akan maju menjadi calon legislatif pada Pemilu mendatang.

"Saya tidak mendaftarkan diri. Justru anak saya, Axel Gondokusumo yang menjadi caleg PAN di daerah pemilihan Jatim X nomor urut 4," imbuhnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

Nasional
Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com