Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Publik Tak Puas terhadap Penanganan Korupsi Era SBY-Boediono

Kompas.com - 07/04/2013, 16:39 WIB
Robertus Belarminus

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Hasil survei yang dilakukan Indonesia Network Elections Survey (INES) menunjukkan ketidakpuasan publik terhadap penanganan kasus korupsi pada masa kepemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dan Wakil Presiden Boediono.

"Temuan survei menunjukkan bahwa 72,3 persen rakyat tidak puas terhadap penegakan hukum dan pemberantasan korupsi selama pemerintahan SBY-Boediono," kata Direktur INES Sudrajat Sacawisastra kepada wartawan di Jakarta, Minggu (7/4/2013).

Sudrajat mengatakan, persepsi negatif responden terhadap tingkah laku kader partai politik di lingkungan eksekutif maupun legislatif pada pemerintahan SBY-Boediono juga menunjukkan angka yang tinggi. Dalam survei tersebut, ada 80,4 persen responden yang memiliki persepsi negatif terhadap kader partai politik selama pemerintahan SBY-Boediono, terutama terkait perilaku koruptif.

Partai Golkar yang berkoalisi dengan Demokrat pada masa pemerintahan SBY-Boediono dianggap paling bersinggungan dengan praktik korupsi, yang ditandai dengan respons persepsi negatif dari 97,3 persen responden. Di urutan kedua, Partai Demokrat dengan mendapat respons negatif dari 96,4 persen responden. Di bawahnya, ada Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dengan 82,3 persen dan PDI Perjuangan dengan 60,6 persen. Sementara itu, persepsi negatif kader Partai Hanura terkait perilaku koruptif sebesar 5,9 persen. Partai Gerindra menempati urutan terakhir dengan 4,8 persen.

Selain persoalan kasus korupsi, survei itu juga mengaitkan keadaan ekonomi rumah tangga dan kesejahteraan rakyat selama tiga tahun pemerintahan SBY-Boediono. Hasilnya ada penurunan sebesar 74,4 persen. Hal ini sebabkan melonjaknya harga kebutuhan bahan pokok dan barang yang meningkat dipasaran.

Terkait menurunnya citra pemerintahan SBY-Boediono, politisi Partai Demokrat, Ruhut Sitompul, yang turut hadir mengamati hasil survei itu mengatakan, Partai Demokrat menghargai apa pun hasil survei yang ada. "Kawan-kawan tadi lihat pemerintahan Pak SBY-Boediono turun. Berbicara pemerintahan, di situ ada Golkar, ada koalisi lainnya, PKS yang juga ikut menikmati kemerdekaan. Begitu juga ada PKB ada PPP dan lain sebagainya," ujar Ruhut.

Menyangkut segi keamanan, Ruhut mengatakan bahwa pemerintahan SBY berada pada posisi baik dengan persentase di atas angka 50 persen. Ia juga menyinggung peningkatan elektabilitas Partai Demokrat dari survei INES tahun 2012 dengan survei INES tahun 2013 sejak kongres luar biasa Partai Demokrat di Bali belum lama ini sebesar hampir satu persen dari 8,4 menjadi 9,3 persen.

"Begitu Pak SBY jadi Ketua Umum Partai, hasil (survei) itu langsung naik, kan, hampir satu persen. Kami tetap optimis, apalagi banyaknya lawan politik kami kebakaran jenggot memakai statement dari para pakar, akademisi, dan lainnya. Kami tahu itu bernaung di partai mana dan kegalauan dari partai lainnya ngeri sekali," ujar Ruhut.

Survei INES melibatkan melibatkan 6.000 responden dengan ambang kesalahan sebesar kurang lebih 2,5 persen dan tingkat kepercayaan 98 persen. Survei dilakukan dengan prosedur multistage random sampling pada 18-30 Maret 2013.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 1 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 30 April 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Pengamat: Nasib Ganjar Usai Pilpres Tergantung PDI-P, Anies Beda karena Masih Punya Pesona Elektoral

Nasional
Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Defend ID Targetkan Tingkat Komponen Dalam Negeri Alpalhankam Capai 55 Persen 3 Tahun Lagi

Nasional
TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

TNI AL Kerahkan 3 Kapal Perang Korvet untuk Latihan di Laut Natuna Utara

Nasional
Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Dampak Eskalasi Konflik Global, Defend ID Akui Rantai Pasokan Alat Pertahanan-Keamanan Terganggu

Nasional
PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

PKS Klaim Punya Hubungan Baik dengan Prabowo, Tak Sulit jika Mau Koalisi

Nasional
Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Tak Copot Menteri PDI-P, Jokowi Dinilai Pertimbangkan Persepsi Publik

Nasional
Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Pengamat: Yang Berhak Minta PDI-P Cabut Menteri Hanya Jokowi, TKN Siapa?

Nasional
Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Klarifikasi Unggahan di Instagram, Zita: Postingan Kopi Berlatar Belakang Masjidilharam untuk Pancing Diskusi

Nasional
PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

PDI-P “Move On” Pilpres, Fokus Menangi Pilkada 2024

Nasional
Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Sandiaga Usul PPP Gabung Koalisi Prabowo-Gibran, Mardiono: Keputusan Strategis lewat Mukernas

Nasional
Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Rakernas PDI-P Akan Rumuskan Sikap Politik Usai Pilpres, Koalisi atau Oposisi di Tangan Megawati

Nasional
Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Bareskrim Periksa Eks Gubernur Bangka Belitung Erzaldi Rosman Terkait Kasus Dokumen RUPSLB BSB

Nasional
Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Lempar Sinyal Siap Gabung Koalisi Prabowo, PKS: Kita Ingin Berbuat Lebih untuk Bangsa

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com