JAKARTA, KOMPAS.com — Masyarakat yang kecewa dengan kepemimpinan presiden selama ini diharapkan jangan hanya menggerutu, tetapi mengambil bagian untuk memunculkan calon presiden dan calon wakil presiden berkualitas untuk Pemilu 2014.
Jangan menyerahkan proses itu sepenuhnya pada partai politik karena sebagian partai justru bermasalah dengan kasus korupsi atau dilanda konflik internal.
"Masyarakat harus menjadi subyek yang menentukan siapa sosok terbaik untuk menjadi presiden lima tahun mendatang," kata pengajar sosiologi politik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Arie Sujito, di Jakarta, Rabu (27/2/2013).
Pemilu presiden tahun 2014 tinggal 1,5 tahun lagi, tetapi bursa calon presiden (capres) dan wakil presiden (cawapres) masih dipenuhi nama-nama lama.
Mereka juga masih berkutat pada pencitraan daripada pengenalan visi dan misi untuk kemajuan bangsa. Nama-nama yang beredar sebagai kandidat masih itu-itu saja, bahkan sebagian sudah pernah berkompetisi dalam pemilu sebelumnya.
Akibatnya, tidak banyak alternatif pilihan pemimpin bangsa ke depan. Arie Sujito berharap masyarakat lebih aktif lagi untuk mencari orang-orang terbaik untuk memimpin bangsa.
Masyarakat sipil harus menjadi subyek yang menentukan proses pemilihan presiden, bukan obyek yang hanya dibutuhkan saat pemilihan lalu diabaikan seusai pemilihan.
"Kita jangan hanya menunggu reformasi partai karena itu sulit terjadi di tengah berbagai kasus yang membelit partai, seperti masalah korupsi dan konflik internal. Apalagi, capres dan cawapres dari partai tampaknya hanya sibuk bertarung pencitraan," katanya.
Para capres dan cawapres yang beredar di masyarakat perlu diberi panggung untuk mengadu gagasan tentang berbagai soal bangsa. Para calon mesti diuji untuk menemukan jalan keluar terhadap masalah bangsa.
Hal itu bisa melalui forum di depan publik, seperti debat, diskusi, atau seminar. Dengan begitu, masyarakat bisa mencermati pemikiran, visi, dan misi masing-masing capres dan cawapres.
"Debat harus dimulai dari sekarang sehingga publik bisa menilai mana calon-calon yang memang bisa menyumbangkan ide untuk kemajuan bangsa ke depan," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.