Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

MA Dituntut Terus Bertindak Tegas Atas Kasus KDRT Oleh Pejabat Publik

Kompas.com - 26/01/2013, 00:13 WIB
Zico Nurrashid Priharseno

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com - Keluarnya putusan Mahkamah Agung tentang dikabulkannya pemakzulan terhadap Bupati Garut, Aceng Fikri mendapat respon positif dari beberapa kalangan, terutama aktifis perlindungan anak dan perempuan.

Hal ini disampaikan dalam diskusi tentang makin maraknya kekerasan dalam rumah tangga yang dilakukan oleh pejabat publik, di kantor Wahid Institute, jalan Taman Amir Hamzah No. 8, Matraman, Jakarta Pusat, Jum'at.

"Terkait poligami, keluarnya purtusan MA menjadi momentum untuk membangun kesadaran masyarakat dan pejabat publik bahwa menjadi pejabat harus mempunyai sikap teladan yang menjadi panutan bagi warganya," ujar Maria Ulfah Anshor, perwakilan dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia, Jumat (25/1/2013).

Akan tetapi, upaya untuk memperoleh keadilan semakin sulit bagi perempuan dan anak yang berhadapan dengan pejabat publik yang melakukan kekerasan, terutama karena dimungkinkannya terjadi penyalahgunaan kekuasaan yang dilakukan para pejabat publik.

"Momen putusan MA itu sangt bagus menjadi perubahan hukum dinegara kita. Awalnya dia disumpah untuk patut mematuhi konstitusi dan UU dibawahnya, namun ia malah melakukan abuse of power," kata anggota sebuah LSM, Migrant Care, Anis Hidayah.

Tentu hal ini menjadi ujian bagi penegak hukum khususnya agar tetap terus menangani kasus-kasus pejabat publik terkait makin maraknya kekerasan yang dilakukan pejabat terhadap perempuan. MA dituntut agar semakin berani bertindak tegas memproses jalur hukum guna menegakkan keadilan bagi perempuan dan anak yang selama ini terus menjadi korban.

"Sebagai seorang pejabat publik, mereka adalah orang yang benar-benar harus bisa menjadi tauladan bagi masyarakat dan keluarganya. Karena itu saya setuju sekali sebelum diangkat, dia harus memenuhi persyaratan bahwa dia bersih bukan hanya korupsi, tetapi juga harus mempunyai budipekerti yang luhur," ujar istri mantan presiden ke-empat RI, Shinta Nuriyah Wahid.

Selain itu, salah seorang anggota Komisi Penyiaran Indonesia, Ezky Suyanto berharap, peran media sangat diharapkan mampu mengungkap kasus-kasus tersebut sampai ke akar-akarnya.

"Sudah saatnya media membuka kasus pejabat publik agar mau mendapat pejabat yang bersih. Jangan sampai kita membuka Garut tapi lupa yang di Magelang. Jangan hanya di permukaan saja, tapi sampai ke dalam-dalamnya, karena ini kasus yang sangat seriuis," paparnya.

Kasus KDRT yang dilakukan pejabat publik semakin marak terjadi, selain kasus nikah siri empat malam oleh Bupati Garut, kasus ini juga dialami istri dan anak wakil Walikota Magelang. Selain itu kasus penelantaran keluarga juga dilakukan oleh Walikota Palembang. Dan masih banyak kasus-kasus serupa lainnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

Nasional
Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

Nasional
Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

Nasional
Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

Nasional
Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

Nasional
Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

Nasional
Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

Nasional
SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

Nasional
'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

"Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

Nasional
Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

Nasional
Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

Nasional
Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

Nasional
Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

Nasional
Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Kloter Pertama Jemaah Haji Indonesia Dijadwalkan Berangkat 12 Mei 2024

Nasional
Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Saat Jokowi Sebut Tak Masalah Minta Saran Terkait Kabinet Prabowo-Gibran...

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com