Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Baleg Akui Kunker ke DIN Jerman Salah Alamat

Kompas.com - 27/11/2012, 18:44 WIB
Sabrina Asril

Penulis

JAKARTA, KOMPAS.com — Badan Legislasi (Baleg) Dewan Perwakilan Rakyat yang melakukan kunjungan ke Jerman, beberapa waktu lalu, kini sudah kembali ke Tanah Air. Kunjungan Baleg dalam rangka penyusunan Rancangan Undang-Undang Keinsinyuran ini sempat mengundang perhatian lantaran rekaman video yang diunggah Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Berlin ke Youtube.

Di dalam rekaman video itu, PPI menyoroti kunjungan rombongan Baleg yang berjumlah sembilan orang ke Deutsches Institut fur Normung (DIN) Jerman. Kunjungan ini dinilai salah alamat karena DIN adalah lembaga standardisasi produk di Jerman.

Terkait tuduhan ini, anggota Baleg dari Fraksi Golkar, Ali Wongso H Sinaga, mengakui bahwa DIN tidak berkorelasi langsung dengan tujuan penyusunan RUU Keinsinyuran. "Saat kami sampai ke DIN itu, kami juga menyadari bahwa ini kok enggak nyambung. Tidak ada relevansinya dengan tujuan kunker (kunjungan kerja) Baleg ke Jerman," ujar Ali, Selasa (27/11/2012), di Gedung Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta.

Ali berdalih kunjungan anggota Baleg semuanya diatur oleh Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) di Jerman. Anggota Baleg yang ke sana, lanjutnya, hanya menerima jadi susunan acara yang telah dipersiapkan. Rombongan Baleg pun sempat mempertanyakan alasan pencantuman DIN di dalam tujuan kunjungan kerja anggota Baleg ke Jerman.

"Kami tanya ke atase pendidikannya yang hari pertama mendampingi kami. Padahal, seharusnya kami itu bertemu dengan Perhimpunan Insinyur di Jerman. Mereka beralasan kalau asosiasi insinyur Jerman sedang mengadakan kongres dan harus diberitahukan berbulan-bulan sebelumnya," ucap Ali.

Sementara itu, terkait kendala bahasa yang dialami anggota Baleg saat pertemuan dengan DIN, Ali menjelaskan bahwa itu lebih pada kendala penerjemah. Dua penerjemah dari KBRI, menurut Ali, tidak memiliki kemampuan yang sama. Salah seorang di antaranya bahkan tidak secara menyeluruh menerjemahkan dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia.

"Jadi, saya sempat tanya kenapa penerjemahnya hanya sepotong-sepotong menerjemahkan, apa yang disampaikan DIN panjang lebar kok sama dia pendek sekali," imbuh Ali.

Ia pun menyayangkan adanya video yang disebar PPI Jerman ke Youtube. Pasalnya, Ali menilai PPI hanya memotret sebagian kecil dari kegiatan rombongan Baleg di Jerman. Padahal, rombongan Baleg selain ke DIN juga bertemu dengan pihak Kementerian Teknologi dan Ekonomi, Persatuan Insinyur, dan Parlemen Negara Bagian di Jerman.

Di dalam kunjungan kerja ke Jerman, ada sembilan anggota Baleg yang turut serta, yakni Sunardi Ayub (Fraksi Hanura), Nanang Samodra (Fraksi Demokrat), Paula Sinjal (Fraksi Demokrat), Ferdyansyah (Fraksi Golkar), Ali Wongso H Sinaga (Fraksi Golkar), Indra (Fraksi PKS), Abdul Hakim (Fraksi PKS), Chairul Naim M Anik (Fraksi PAN), dan Djamal Azis (Fraksi Hanura). Kunjungan kerja ini menghabiskan biaya Rp 2,35 miliar.

 

Ikuti perkembangan berita ini dalam topik Belajar UU Keinsinyuran ke Jerman-Inggris

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Usai Dihujat Karena Foto Starbucks, Zita Anjani Kampanye Dukung Palestina di CFD

    Nasional
    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Kemenag: Jangan Tertipu Tawaran Berangkat dengan Visa Non Haji

    Nasional
    'Presidential Club' Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    "Presidential Club" Dinilai Bakal Tumpang Tindih dengan Wantimpres dan KSP

    Nasional
    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

    Nasional
    Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

    Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

    Nasional
    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

    Nasional
    Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

    Nasional
    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

    PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

    Nasional
    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

    Nasional
    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

    Nasional
    Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

    Nasional
    Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

    Nasional
    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

    Nasional
    Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com