Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kelompok Poso 2 Kali Berlatih di Gunung

Kompas.com - 14/06/2011, 17:25 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kelompok teroris di Poso, Sulawesi Tengah, sempat berlatih militer (tadrib asykari) sebanyak dua kali sebelum menyerang polisi di pos polisi di Jalan Emi Saelan, tepatnya di depan Kantor BCA di Palu.

Kepala Divisi Humas Polri Irjen Anton Bachrul Alam mengatakan, latihan pertama dilakukan di Pegunungan Biru di Desa Tambara, Poso Pesisir, selama empat hari pada bulan Agustus 2010.

Pelatihan kedua dilakukan di pegunungan di daerah Malino III di Kecamatan Soyo, Morowali. "Pelatihan kedua dilakukan tujuh hari sebelum penembakan di depan Kantor BCA," kata Anton saat jumpa pers di Mabes Polri, Selasa (14/6/2011).

Dalam jumpa pers itu diperlihatkan barang bukti penangkapan di berbagai lokasi, di antaranya senjata api rakitan, senjata api jenis V2 milik polisi, senjata api bentuk pena, dan bahan peledak.

Anton menjelaskan, 18 orang ditangkap di lima wilayah. Tiga di antaranya tewas. Di Poso, lima orang ditangkap, yakni Aryanto Haluta alias Abu Jafar alias Anto alias Jafar, Rafli alias Furqon, Anang Muhtadi alias Papa Enal, Maman Susanto alias Papa Azzam, dan Ali Miftah alias Ardan Wirayuda alias Ali Firmansyah alias Ali Ibrahim alias Amri Rifki.

Dua orang tewas saat baku tembak di pegunungan di Poso, yakni Dayat dan Faruk. Di Pekalongan, Jawa Tengah, ditangkap dua orang, yakni Hari Kuncoro alias Husen alias Bahar dan Sugeng Setiaji alias Tio pada 9 Juni 2011.

Di Bandung, Jawa Barat,  ditangkap Budi Untung. Menurut Polri, Untung lalu tewas akibat serangan jantung. Di Kalimantan Timur, jelas Anton, ditangkap dua orang, yakni Muhammad Sibghotulloh alias Faisal alias Musaf alias Hani dan Yuwardi. Terakhir, di Jakarta, ditangkap enam orang, yakni Santhanam alias Santana, Martoyo, Jumarto, Umar, Paimin, dan Budi Supriadi.

Menurut Anton, alasan mereka menyerang polisi adalah untuk membalas dendam terhadap penangkapan para pemimpin mereka, seperti Abu Bakar Ba'asyir, Dr Azhari, Noordin M Top, dan Dulmatin. Selain itu, polisi dianggap sebagai perisai hukum demokrasi yang bertentangan dengan hukum syariat Islam.

"Paham radikal mereka diperoleh dari kelompok Jamaah Islamiyah yang pernah masuk ke Poso di mana jihad hukumnya wajib dengan cara mengangkat senjata. Awalnya mereka mengumpulkan senjata. Setelah semakin kuat, mereka akan melakukan amaliyah jihad yang lebih besar," tutur Anton.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

    Nasional
    Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

    Nasional
    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

    Nasional
    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

    Nasional
    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

    Nasional
    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Saksi Mengaku Pernah Ditagih Uang Pembelian Senjata oleh Ajudan SYL

    Nasional
    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Polri Sita Aset Senilai Rp 432,2 Miliar Milik Gembong Narkoba Fredy Pratama

    Nasional
    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Pesawat Super Hercules Kelima Pesanan Indonesia Dijadwalkan Tiba di Indonesia 17 Mei 2024

    Nasional
    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Daftar Sementara Negara Peserta Super Garuda Shield 2024, dari Amerika hingga Belanda

    Nasional
    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Profil Haerul Amri, Legislator Fraksi Nasdem yang Meninggal Ketika Kunker di Palembang

    Nasional
    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Demokrat Minta Golkar, Gerindra, PAN Sepakati Usung Khofifah-Emil Dardak di Pilkada Jatim 2024

    Nasional
    SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

    SYL Beli Lukisan Sujiwo Tejo Rp 200 Juta Pakai Uang Hasil Memeras Anak Buah

    Nasional
    Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

    Anggota Komisi X DPR Haerul Amri Meninggal Saat Kunjungan Kerja

    Nasional
    Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

    Polri Desak Kepolisian Thailand Serahkan Fredy Pratama ke Indonesia Jika Tertangkap

    Nasional
    Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

    Jokowi Sebut 3 Hal yang Ditakuti Dunia, Wamenkeu Beri Penjelasan

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com