Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

IBC: DPID Jadi "Bancakan" Calo Anggaran

Kompas.com - 13/06/2011, 13:14 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Indonesia Budget Center (IBC) mengungkapkan, dalam menjalankan fungsi penganggaran Dewan Perwakilan Rakyat terdapat oknum calo anggaran di Badan Anggaran. Salah satu target adalah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN). Menurut peneliti Indonesia Budget Center, Roy Salam, Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) yang berasal dari APBN menjadi "kue" menggiurkan bagi para calo itu.

"Polemik dana DPID diindikasikan banyak penyimpangan dari tahun ke tahunnya. Hal ini terlihat setiap tahunnya dari kenaikan dana DPID yang selalu berubah naik terus. Dana DPID itu tidak melibatkan komisi dan kementerian terkait, yang mengambil keputusan itu Banggar (Badan Anggaran). Proses-proses seperti ini tentunya menimbulkan potensi-potensi calo anggaran itu bermain," ujar Roy dalam jumpa pers di kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Senin (13/06/2011).

Menurut Roy, DPID ini seharusnya telah terprogram sehingga setiap tahun dana tersebut diberlakukan sama. Tidak seperti yang terjadi pada penganggaran oleh Badan Anggaran DPR RI. Roy kemudian mengutarakan sejumlah program yang dibuat mirip dengan DPID, tetapi dengan nama yang berbeda. Program yang disebut mata anggaran itu, lanjutnya, bisa berpotensi menjadi celah transaksi oleh oknum calo anggaran.

Adapun, data-data mata anggaran di Pos Dana Penyesuaian yang serupa dengan DPID dan berpotensi terjadi transaksi calo sebagai berikut :

1. Pada Tahun 2008 Badan Anggaran membuat program Dana Infrastuktur Sarana dan Prasarana (DISP). Dari program itu ditetapkan dana APBN senilai Rp 4,626,206,214,000. Sementara, dana dari APBN-Perubahan senilai Rp 4,163, 580, 000,000.

2. Pada tahun 2009 dibuat program Dana Penguatan Desentralisasi Fiskal Percepatan Pembangunan Daerah (DPDF-PPD). Dana ditetap dari APBN senilai Rp 7,000,000,000,000,-. Dana dari APBN-Perubahan pun sama nilainya dengan APBN.

3. Tahun 2010, dibuat tiga program sekaligus yaitu DPDF-PPD, yang tercatat terdapat dana dari APBN dan APBN Perubahan senilai Rp 7,100,000,000,000. Kemudian, dibuat juga program Dana Penguatan Infrastruktur dan Prasarana Daerah (DPIPD). Pada program ini ditetapkan dana langsung dari APBN Perubahan yaitu Rp 5,500,000,000,000. Pada program ketiga tercatat dibuat program Dana Percepatan Infrastruktur Pendidikan (DPIP) yang juga langsung dari APBN Perubahan yaitu Rp 1,250,000,000,000.

4. Terakhir, Badan Anggaran membuat kembali program DPID dari dana yang ditetapkan oleh APBN dan APBNP senilai Rp 7.700,800,000,000. Data-data ini bersumber dari IBC yang diolah dari Undang-Undang APBN dan Undang-Undang APBN-P.

"Kenapa tidak buat satu nama programnya saja sehingga dapat dievaluasi, apakah ada kelemahan, ada penyimpangan. Kenapa selalu berganti nama. Bentuk-bentuk mata anggaran itu (tabel diatas) dana ini sangat potensial dimainkan calo. Karena mereka menetapkan dana-dana ini baru terjadi tawar penawar dengan daerah (pencaloan). Setelah deal, baru diminta fee dari dana yang dikeluarkan," imbuh Roy.

Padahal, menurutnya, dalam membuat program-program infrastruktur terutama untuk daerah tertinggal, seharusnya dibuat data-data terlebih dahulu tentang daerah-daerah mana yang membutuhkan dana. "Kalau ini mereka sudah tetapkan dana dulu baru cari yang membutuhkan. Kalau begitu kan kita tidak tahu, bisa saja ada sisa dana dari program itu yang mungkin saja masuk ke kantong calo. Belum lagi mereka sudah mendapat fee dari hasil menawar kepada daerah yang membutuhkannya," tukas Roy.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Demokrat Tak Keberatan PKS Gabung Pemerintahan ke Depan, Serahkan Keputusan ke Prabowo

Nasional
Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Polri Tangkap 28.861 Tersangka Kasus Narkoba, 5.049 di Antaranya Direhabilitasi

Nasional
Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Soal Kekerasan di STIP, Menko Muhadjir: Itu Tanggung Jawab Institusi

Nasional
Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Pertamina Goes To Campus 2024 Dibuka, Lokasi Pertama di ITB

Nasional
Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Demokrat Sudah Beri Rekomendasi Khofifah-Emil Dardak Maju Pilkada Jawa Timur

Nasional
14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

14 Negara Disebut Akan Ambil Bagian dalam Super Garuda Shield 2024

Nasional
Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Khofifah Ingin Duet dengan Emil Dardak, Gerindra: Kami Akan Komunikasi dengan Partai KIM

Nasional
Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Wamenkeu Sebut Pemilu 2024 Berkontribusi Besar Dorong Pertumbuhan Ekonomi

Nasional
Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Mensos Risma Janjikan 3 Hal kepada Warga Kabupaten Sumba Timur

Nasional
SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

SYL Renovasi Rumah Pribadi, tapi Laporannya Rumah Dinas Menteri

Nasional
Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Jaksa KPK Sebut Nilai Total Gratifikasi dan TPPU Gazalba Saleh Capai Rp 62,8 M

Nasional
Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta 'Rest Area' Diperbanyak

Ratas Evaluasi Mudik, Jokowi Minta "Rest Area" Diperbanyak

Nasional
Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Dugaan TPPU Hakim Gazalba Saleh: Beli Alphard, Kredit Rumah Bareng Wadir RSUD di Jakarta

Nasional
Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Anggota Bawaslu Intan Jaya Mengaku Disandera KKB Jelang Pemilu, Tebus Ratusan Juta Rupiah agar Bebas

Nasional
Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Dalam Sidang MK, KPU Ungkap Kontak Senjata TNI-OPM Jelang Hitung Suara, Satu Warga Sipil Tewas

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com