Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Menlu Belum Dengar Nunun di Thailand

Kompas.com - 01/06/2011, 10:12 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengaku belum mendengar keberadaan Nunun Nurbaeti, tersangka kasus suap cek perjalanan kepada anggota Dewan Perwakilan Rakyat periode 1999-2004, di Thailand. Namun, Marty mengatakan, Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) telah mengajukan bantuan kepada Kementerian Luar Negeri untuk menemukan keberadaan Nunun.

"Saya hanya bisa menyampaikan bahwa tentu pemerintah melalui Kemlu dan perwakilan kita di luar negeri senantiasa memberikan dukungan yang optimal kepada aparat penegak hukum kita untuk mendatangkan dan mengembalikan warga kita di luar negeri. Saat ini sudah ada kerjasama yang sangat baik antara KPK dengan Kemlu melalui perwakilan kita di Thailand," kata Marty di sela-sela Peringatan Pidato Bung Karno 1 Juni 1945.

Sebelumnya, seperti diwartakan, Nunun dikabarkan ditangkap di Thailand, Selasa silam. Namun, Juru Bicara KPK Johan Budi SP membantah bahwa Nunun telah ditangkap. "Tidak benar ada penangkapan yang dilakukan KPK. Yang benar, ada tim yang saat ini sedang melakukan koordinasi dengan Kejaksaan Thailand," ungkapnya.

Di Thailand, KPK mendapatkan bantuan dari Kementerian Luar Negeri melalui Kedutaan Besar Republik Indonesia di Bangkok, Thailand. Nunun, pemilik PT Wahana Esa Sembada, diduga membagikan cek perjalanan kepada anggota DPR periode 1999-2004 sebesar Rp 24 miliar. Perkara itu diduga terkait pemilihan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia tahun 2004, yang dimenangi Miranda S Goeltom. Menurut Johan, tim untuk mengejar Nunun beranggotakan empat orang. Tim sudah berada di Thailand sejak beberapa hari lalu. Meski mengirim tim ke Thailand, Johan enggan memastikan apakah Nunun memang berada di negara itu.

"Kami memperoleh informasi bahwa ia di Thailand dan Singapura. Mengapa ke Thailand dahulu, itu soal teknis saja," katanya lagi.

Tim KPK akan mencari ke sejumlah negara lain, seperti Singapura dan Hongkong. Johan menambahkan, kerja sama dengan Kejaksaan Thailand diperlukan karena KPK tidak memiliki kewenangan yurisdiksi di luar Indonesia. "Koordinasi itu adalah mengenai posisi kasus yang kami sangkakan kepada Ibu N. Kami juga membawa surat resmi untuk bisa menghadirkan yang bersangkutan. Kami juga memberi tahu pihak keamanan Thailand bahwa paspor yang bersangkutan ditarik," ujarnya.

Secara terpisah, Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Megawati Soekarnoputri menyatakan, KPK sudah sejak awal seharusnya menelisik pemberi dalam kasus dugaan suap cek perjalanan itu. "Apabila ada asap, tentu ada api," jelasnya.

Dalam perkara ini, sejumlah kader PDI-P kini berstatus terdakwa dan terpidana. Beberapa waktu lalu anggota Komisi III DPR, Adang Daradjatun, suami Nunun, mempersilakan KPK membawa pulang istrinya. Namun, saat ditanya apakah ia akan membantu KPK memulangkan Nunun, Adang menjawab, "Itu urusan saya. Saya punya hak pribadi sebagai suami." Adang, mantan Wakil Kepala Polri, mengaku tak pernah berniat menyembunyikan istrinya. Namun, ia tak membiarkan Nunun dipersalahkan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Usul Prabowo Tambah Kementerian Diharap Bukan Politik Akomodatif

    Nasional
    Pakar Ungkap 'Gerilya' Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Pakar Ungkap "Gerilya" Wacana Tambah Kementerian Cukup Gencar

    Nasional
    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Daftar Kepala BIN dari Masa ke Masa, Zulkifli Lubis hingga Budi Gunawan

    Nasional
    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Gelar Halalbihalal, MUI Gaungkan Pesan Kemanusiaan untuk Korban Genosida di Gaza

    Nasional
    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Perjalanan BIN 6 Kali Berganti Nama, dari Brani hingga Bakin

    Nasional
    'Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit'

    "Prabowo Banyak Dikritik jika Tambah Kementerian, Baiknya Jaga Kebatinan Rakyat yang Sedang Sulit"

    Nasional
    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Pengamat Nilai Putusan MK Terkait Sengketa Pilpres Jadi Motivasi Kandidat Pilkada Berbuat Curang

    Nasional
    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    PPP Papua Tengah Klaim Pegang Bukti Kehilangan 190.000 Suara pada Pileg 2024

    Nasional
    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Koarmada II Kerahkan 9 Kapal Perang untuk Latihan Operasi Laut Gabungan 2024, Termasuk KRI Alugoro

    Nasional
    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Kandidat Versus Kotak Kosong pada Pilkada 2024 Diperkirakan Bertambah

    Nasional
    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Rencana Prabowo Bentuk 41 Kementerian Dinilai Pemborosan Uang Negara

    Nasional
    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Di MIKTA Speakers’ Consultation Ke-10, Puan Suarakan Urgensi Gencatan Senjata di Gaza

    Nasional
    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    KPK Sebut Kasus Gus Muhdlor Lambat Karena OTT Tidak Sempurna

    Nasional
    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    TNI AL Ketambahan 2 Kapal Patroli Cepat, KRI Butana-878 dan KRI Selar-879

    Nasional
    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Sejarah BIN yang Hari Ini Genap Berusia 78 Tahun

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com