Oleh Franz Magnis-Suseno SJ
Peringatan 66 tahun peristiwa Ir Soekarno untuk kali pertama mencetuskan Pancasila (yang mendapat bentuk akhir dan indah dalam Pembukaan UUD 1945, yang telah membuktikan diri sebagai acuan dasar reorientasi apabila bangsa lagi-lagi tenggelam dalam keributan) dibayangi oleh kekerasan yang semakin merajalela dalam masyarakat kita.
Tawuran anak-anak sekolah dan geng-geng narkoba kampung, perlawanan rakyat terhadap penggusuran, pengeroyokan pencuri sebagai sesuatu yang ”lazim”, kekerasan etnik dengan nada kepentingan politisi lokal rakus dalam kaitan dengan pilkada, kekerasan—betapa memalukan— atas nama agama. Pasti masih ada yang terlupa di sini.
Yang betul-betul menggelisahkan adalah kedalaman rasa benci dan dendam yang kadang-kadang mencuat. Katanya ada khotbah dengan seruan, ”Bunuh, bunuh, bunuh!” Astaga! Setan apa yang telah merasuki bangsa kita yang ramah, terbuka, berbaik hati?
Selama lebih dari 50 tahun saya menyaksikan bahwa ciri-ciri yang sering dibanggakan itu merupakan kenyataan! Orang desa dan orang kota, orang sederhana dan orang canggih, orang seagama dan orang berbeda agama, termasuk yang umumnya dicap ”garis keras”, selalu menyambut saya dengan kebaikan yang memberi rasa aman. Indonesia yang ”ramah, sopan, terbuka” bukan mitos, melainkan kenyataan. Di situ terletak teka-tekinya.
Gelap
Sebaiknya kita berani melihat kenyataan dengan mata yang tidak berkedip: sejarah Indonesia merdeka juga ditulis dengan darah, darah bangsa Indonesia, darah yang dicurahkan oleh bangsa Indonesia sendiri. Sebutkan saja kekejaman luar biasa yang sampai hari ini—misalnya di Papua— dilakukan oleh angkatan bersenjata kita. Lalu, pembunuhan keji Marsinah, Udin, Theis, dan Munir yang semuanya belum memperoleh keadilan. Para korban tahun 1998 dan 1999.
Tingkat kebencian yang tampak dalam dua perang saudara di Maluku dan Sulawesi, 11 tahun lalu. Sudah sejak dalam Peristiwa Madiun 1948 mencolok bahwa kedua belah pihak membunuh ribuan orang jauh melebihi apa yang ”secara operasional” perlu.
Dalam bagian kedua abad ke-20 terjadi lima pembunuhan berskala raksasa di.............(selengkapnya baca Harian Kompas, Rabu 1 Juni 2011, halaman 7)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.