Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dosen UIN Persiapkan "Jurus" Tangkal NII

Kompas.com - 28/04/2011, 18:53 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Kembali mencuatnya gerakan Negara Islam Indonesia (NII) di sejumlah universitas turut meresahkan para pengajar. Tak terkecuali para dosen di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah, Jakarta. Salah satu dosen pengajar Fakultas Hukum dan Syariah UIN, Ismail Hasani, mengatakan, para pengajar harus bersatu untuk memperketat dan menangkal ajaran-ajaran yang menyimpang agar tidak sampai menodai pemikiran mahasiswa. Oleh karena itu, sejumlah pengajar di universitas tersebut akan membentuk Serikat Akademisi Pengawal Pilar Bangsa (SAP2B).

"Gerakan NII terus dikapitalisasi oleh berbagai pihak. NII masuk ke banyak perguruan tinggi di Indonesia. Kita prihatin dengan kondisi seperti itu karena menunjukkan bahwa kebinekaan yang kita bangun selama ini bisa dibilang gagal," ujar Ismail di Kampus Syariah, UIN Jakarta, Kamis (28/4/2011).

Menurutnya, melalui Serikat Akademisi Pengawal Pilar Bangsa, akan dibuka ruang intelektual yang terbuka sehingga berbagai macam pikiran bisa saling berbagi tanpa ada yang disembunyikan. Para pengajar ini menduga, sejumlah mahasiswa yang diam-diam mengikuti gerakan radikalisme karena mereka tidak memiliki wadah untuk menyalurkan pemikiran mereka mengenai keagamaan. Dengan demikian, ada kecenderungan memilih gerakan yang menerima mereka dan dirasa sejalan dengan idealismenya.

"Orang kalau semakin diproteksi ketika memiliki pandangan-pandangan tertentu, justru dia akan semakin ekstrem. Makanya, kami juga akan membuka wadah yang membimbing mahasiswa agar mengkritisi berbagai ajaran ataupun tulisan dan ajakan yang mereka terima dari orang luar. Jika tidak demikian, bisa saja mereka akan mengikuti ajaran yang menyimpang itu," ujarnya.

Para dosen pengajar di UIN ini mengkhawatirkan, jika ada mahasiswa yang sudah telanjur terdoktrin ajaran seperti NII, mereka akan menyebarkan kepada orang lain yang berada lingkungannya.

"Bayangkan kalau ada dari mereka (anggota NII) yang setelah lulus kemudian menjadi guru atau pengajar di lembaga pendidikan. Mereka kemudian akan secara terselubung memberikan ajaran-ajaran yang menyimpang ini kepada anak didiknya. Kalau anak didiknya berjumlah 30 orang, berarti sudah 30 orang yang sudah terdoktrin ajaran ini," kata dosen Ekonomi Islam di Fakultas Syariah UIN, Muhammad Zen.

Mereka berharap serikat ini dapat menangkal gerakan NII ataupun gerakan lain yang berpotensi radikalisme, intoleransi, dan terorisme. "NII seperti fosil yang tidak mudah hilang. Oleh karena itu, kita harus ada tindakan nyata untuk ikut terjun dan membentengi anak-anak bangsa," katanya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

    Jokowi Tak Lagi Dianggap Kader, PDI-P: Loyalitas Sangat Penting

    Nasional
    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    PPP Buka Peluang Usung Sandiaga jadi Cagub DKI

    Nasional
    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Soal Jokowi dan PDI-P, Joman: Jangan karena Beda Pilihan, lalu Dianggap Berkhianat

    Nasional
    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Surya Paloh Buka Peluang Nasdem Usung Anies pada Pilkada DKI

    Nasional
    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Dukung Prabowo-Gibran, Surya Paloh Sebut Nasdem Belum Dapat Tawaran Menteri

    Nasional
    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    PKS: Pak Anies Sudah Jadi Tokoh Nasional, Kasih Kesempatan Beliau Mengantarkan Kader Kami Jadi Gubernur DKI

    Nasional
    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Soal Bertemu Prabowo, Sekjen PKS: Tunggu Saja, Nanti Juga Kebagian

    Nasional
    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Prabowo Absen dalam Acara Halalbihalal PKS

    Nasional
    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Joman: Jokowi Dukung Prabowo karena Ingin Penuhi Perjanjian Batu Tulis yang Tak Dibayar Megawati

    Nasional
    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Langkah Mahfud Membersamai Masyarakat Sipil

    Nasional
    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    5 Smelter Terkait Kasus Korupsi Timah yang Disita Kejagung Akan Tetap Beroperasi

    Nasional
    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Deretan Mobil Mewah yang Disita dalam Kasus Korupsi Timah, 7 di Antaranya Milik Harvey Moeis

    Nasional
    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    [POPULER NASIONAL] PKS Sebut Surya Paloh Main Cantik di Politik | Ganjar-Mahfud Dapat Tugas Baru dari Megawati

    Nasional
    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Tanggal 29 April 2024 Memperingati Hari Apa?

    Nasional
    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Kejagung: Kadis ESDM Babel Terbitkan RKAB yang Legalkan Penambangan Timah Ilegal

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com