Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Rp 319 Miliar Dikorupsi dari Otsus Papua

Kompas.com - 21/04/2011, 17:54 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memastikan bahwa negara rugi sebesar Rp 319,706 miliar dalam penerimaan dana otonomi khusus Tahun Anggaran 2002-2010 di Provinsi Papua dan Papua Barat. Kerugian daerah ini terlihat dalam dua kali masa pemeriksaan, yaitu pemeriksaan TA 2002-2009 dan pemeriksaan semester II/2010 dan semester I/2011.

Temuan itu pun langsung dilaporkan Anggota BPK Rizal Jalil kepada pimpinan Tim Pengawas Otonomi Khusus Papua dan Nanggroe Aceh Darussalam Priyo Budi Santoso di Gedung DPR RI, Kamis (21/4/2011). Dana tersebut diyakini telah dikorupsi.

"Kami haqul yakin," ujar Rizal, usai mempresentasikan hasil audit dana otsus kepada Priyo.

Angka tersebut baru sebagian dari temuan penyimpangan dana otsus sebesar Rp 4,281 triliun pada periode tersebut. Sebelumnya, audit BPK terhadap dana otsus Papua pada tahun 2002-2009 sebesar Rp 1,4 triliun menunjukkan kerugian negara sebesar Rp 200 miliar. Angka kerugian ini, lanjut Rizal, masih mungkin bertambah mengingat adanya catatan pengeluaran sebesar Rp 566,3 miliar yang tak didukung dengan bukti lengkap dan valid sehingga berpotensi menjadi kerugian negara.

Dalam audit ini, BPK memperoleh sejumlah penyimpangan dalam perencanaan dan pelaksanaan ootonomi khusus di Papua dan Papua Barat, antara lain kegiatan fiktif, pembayaran tidak sesuai ketentuan, pemahalan harga, pemotongan dana otsus bagian Kabupaten Raja Ampat oleh pemerintah Provinsi Papua dan proses pengadaan tidak sesuai ketentuan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Bantah Bikin Partai Perubahan, Anies: Tidak ada Rencana Bikin Ormas, Apalagi Partai

Nasional
Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Luhut Minta Prabowo Tak Bawa Orang “Toxic” ke Pemerintahan, Cak Imin: Saya Enggak Paham Maksudnya

Nasional
Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Jawaban Cak Imin soal Dukungan PKB untuk Anies Maju Pilkada

Nasional
[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk 'Presidential Club' | PDI-P Sebut Jokowi Kader 'Mbalelo'

[POPULER NASIONAL] Prabowo Ingin Bentuk "Presidential Club" | PDI-P Sebut Jokowi Kader "Mbalelo"

Nasional
Kualitas Menteri Syahrul...

Kualitas Menteri Syahrul...

Nasional
Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 6 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang 'Toxic' ke Pemerintahan

Prabowo Pertimbangkan Saran Luhut Jangan Bawa Orang "Toxic" ke Pemerintahan

Nasional
Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Berkunjung ke Aceh, Anies Sampaikan Salam dari Pimpinan Koalisi Perubahan

Nasional
Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Komnas KIPI: Kalau Saat Ini Ada Kasus TTS, Bukan karena Vaksin Covid-19

Nasional
Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Jika Diduetkan, Anies-Ahok Diprediksi Bakal Menang Pilkada DKI Jakarta 2024

Nasional
Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Jokowi Perlu Kendaraan Politik Lain Usai Tak Dianggap PDI-P

Nasional
Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Kaesang dan Gibran Dianggap Tak Selamanya Bisa Mengekor Jokowi

Nasional
Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Hasil Rekapitulasi di Papua Berubah-ubah, KPU Minta MK Hadirkan Ahli Noken

Nasional
Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Tak Dianggap Kader PDI-P, Jokowi dan Keluarga Diprediksi Gabung Golkar

Nasional
Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Prabowo Harap Semua Pihak Rukun meski Beda Pilihan Politik

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com