Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Pemerintah Agar Segera Cari Pelaku Bom

Kompas.com - 16/03/2011, 17:06 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Forum Pluralisme Indonesia yang antara lain terdiri dari KontraS, Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI), LBH Jakarta, Human Rights Working Group (HRWG), Komnas Perempuan, Jaringan Islam Liberal (JIL), Komunitas Utan Kayu, dan Yayasan Paramadina, mendesak pemerintah mencari para pelaku bom buku yang ditujukan kepada Ulil Abshar Abdalla, Goris Mere, dan Yapto S Soeryosumarno. 

Menurut mereka tindakan teror ini, jelas menjadi ancaman serius bagi penegakan hukum dan proses demokratisasi di Indonesia. Hal ini diakibatkan lemahnya respon pemerintah terhadap aksi-aksi kekerasan yang selalu mengatasnamakan isu agama.

"Kami mendesak Kepala Polri untuk mengusut tuntas motif dan memprosesnya sesuai hukum bagi pelaku dan perencana pengiriman bom di Komunitas Utan Kayu, pencurian data di Aliansi Nasional Bhinneka Tunggal Ika (ANBTI), serta berbagai bentuk intimidasi lainnya kepada para pembela HAM," tegas aktivis HRWG Khoirul Anam dalam jumpa pers di kantor Kontras, Jakarta, Rabu (16/03/2011).

Alasan lain yang menurut forum ini bisa menjadi faktor munculnya intimidasi, karena peraturan-peraturan yang selama ini dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah justru semakin menyudutkan kaum minoritas. Aturan-aturan inilah yang dijadikan alat legitimasi dari kelompok radikal untuk melakukan kekerasan terhadap minoritas, bahkan terhadap para pembela HAM.

"Kami mendesak Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk memerintahkan bawahannya agar menghentikan dan membatalkan undang-undang diskriminatif yang mengancam kebhinekaan, apalagi aturan-aturan itu menjadi alat legitimasi tindak kekerasan oleh banyak pihak," tutur Khoirul.

Koordinator Kontras Haris Azhar menyatakan, pemerintah tidak perlu menduga-duga dan sekadar prihatin atas peristiwa-peristiwa ini, tapi lakukan tindakan nyata untuk mencari pelaku. "Yang melakukan bisa siapa saja. Yang jelas pemerintah harus benar-benar bekerja mengungkap kasus seperti di Utan Kayu maupun ANBTI, termasuk kasus kekerasan terhadap minoritas. Nyaris nol kerja pemerintah terhadap perlindungan kelompok minoritas dan pekerja HAM. Jangan sampai lakukan pembiaran," kata Haris.

Hingga saat ini pihak kepolisian masih menelusuri fakta-fakta di tempat kejadian dan memeriksa saksi-saksi di TKP. Forum Pluralisme Indonesia berharap pencarian pelaku tidak berhenti di tengah jalan, sehingga kasus-kasus yang sama tidak akan terjadi lagi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang
    Video rekomendasi
    Video lainnya


    Terkini Lainnya

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Jokowi Resmikan Program Pendidikan Dokter Spesialis Berbasis Rumah Sakit

    Nasional
    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Bawaslu Papua Tengah Telat Masuk Sidang dan Tak Dapat Kursi, Hakim MK: Kalau Kurang, Bisa Dipangku

    Nasional
    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Sengketa Pileg di Papua Tengah, MK Soroti KPU Tak Bawa Bukti Hasil Noken

    Nasional
    Dilema Prabowo Membawa Orang 'Toxic'

    Dilema Prabowo Membawa Orang "Toxic"

    Nasional
    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Gibran Ingin Konsultasi soal Kabinet ke Megawati, Pengamat: Harus Koordinasi dengan Prabowo

    Nasional
    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Soal Kabinet Prabowo-Gibran, Pengamat Ingatkan Bukan Sekadar Bagi-bagi Kekuasaan

    Nasional
    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Sidang Perdana Praperadilan Bupati Sidoarjo Gus Muhdlor Digelar Hari Ini

    Nasional
    Menakar Siapa Orang 'Toxic' yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Menakar Siapa Orang "Toxic" yang Dimaksud Luhut, Lebih Relevan ke Kubu 01?

    Nasional
    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Niat Gibran Ingin Konsultasi dengan Megawati soal Kabinet Dimentahkan PDI-P

    Nasional
    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    SBY Doakan dan Dukung Prabowo Sukses Jaga Keutuhan NKRI sampai Tegakkan Keadilan

    Nasional
    'Presidential Club', 'Cancel Culture', dan Pengalaman Global

    "Presidential Club", "Cancel Culture", dan Pengalaman Global

    Nasional
    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Hari Ini, Hakim Agung Gazalba Saleh Mulai Diadili dalam Kasus Gratifikasi dan TPPU

    Nasional
    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang 'Toxic' ke Dalam Pemerintahan

    Respons Partai Pendukung Prabowo Usai Luhut Pesan Tak Bawa Orang "Toxic" ke Dalam Pemerintahan

    Nasional
    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Bongkar Dugaan Pemerasan oleh SYL, KPK Hadirkan Pejabat Rumah Tangga Kementan

    Nasional
    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Soal Maju Pilkada DKI 2024, Anies: Semua Panggilan Tugas Selalu Dipertimbangkan Serius

    Nasional
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    komentar di artikel lainnya
    Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
    Close Ads
    Bagikan artikel ini melalui
    Oke
    Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com