Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kamis, TPF Temui Anggodo Widjojo dan Antasari Azhar

Kompas.com - 03/11/2009, 18:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Tim Independen Klarifikasi Fakta dan Proses Hukum atau TPF kasus Bibit Samad Rianto dan Chandra M Hamzah, dua pimpinan KPK (nonaktif), akan memanggil Anggodo Widjojo, tokoh sentral dan dominan dalam rekaman percakapan dugaan persekongkolan untuk mengkriminalisasi KPK.

Rekaman ini diputar pada sidang uji materi UU No 30/2002 tentang KPK di Gedung MK, Jakarta, Selasa (3/11). "Banyak yang bertanya mengapa Anggodo yang sangat dominan tidak ditahan. Pada hari Kamis kami akan bertemu," ujar Ketua TPF Adnan Buyung Nasution kepada para wartawan.

Selain itu, TPF juga akan bertemu dengan mantan Ketua KPK Antasari Azhar, Bibit, dan Chandra beserta tim kuasa hukum mereka. Seperti diberitakan sebelumnya, TPF juga akan memanggil Kepala Bareskrim Mabes Polri Komjen Susno Duadji, pejabat Kejagung Abdul Hakim Ritonga, dan Ary Muladi, tersangka dugaan kasus penggelapan dan penipuan terhadap Dirut PT Masaro Radiocom Anggoro Widjojo.

TPF dibentuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono kemarin. Tim ini bertugas memverifikasi semua fakta dan proses hukum kasus Bibit-Chandra, menampung semua unek-unek masyarakat, serta memberikan rekomendasi kepada SBY setelah dua minggu bekerja.

Selain Adnan, Irjen (Purn) Koesparmono Irsan ditunjuk sebagai wakil ketua, dan Denny Indrayana sebagai sekretaris. TPF juga memiliki lima anggota, yaitu Amir Syamsuddin, Todung Mulya Lubis, Anies Rasyid Baswedan, Hikmahanto Juwana, dan Komaruddin Hidayat.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Soal Presidential Club, Pengamat: Jokowi Masuk Daftar Tokoh yang Mungkin Tidak Akan Disapa Megawati

Nasional
Gaya Politik Baru: 'Presidential Club'

Gaya Politik Baru: "Presidential Club"

Nasional
Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Kemenag Rilis Jadwal Keberangkatan Jemaah Haji, 22 Kloter Terbang 12 Mei 2024

Nasional
Luhut Minta Orang 'Toxic' Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Luhut Minta Orang "Toxic" Tak Masuk Pemerintahan, Zulhas: Prabowo Infonya Lengkap

Nasional
PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat 'Presidential Club'

PDI-P Yakin Komunikasi Prabowo dan Mega Lancar Tanpa Lewat "Presidential Club"

Nasional
Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Zulhas: Semua Mantan Presiden Harus Bersatu, Apalah Artinya Sakit Hati?

Nasional
Soal 'Presidential Club', Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Soal "Presidential Club", Yusril: Yang Tidak Mau Datang, Enggak Apa-apa

Nasional
Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Soal Presidential Club, Prabowo Diragukan Bisa Didikte Presiden Terdahulu

Nasional
Soal 'Presidential Club', Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Soal "Presidential Club", Golkar Yakin Prabowo Bisa Menyatukan para Presiden Terdahulu

Nasional
Tanggapi Isu 'Presidential Club', PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Tanggapi Isu "Presidential Club", PDI-P: Terlembaga atau Ajang Kongko?

Nasional
Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Cak Imin Sebut PKB Jaring Calon Kepala Daerah dengan 3 Kriteria

Nasional
Golkar: 'Presidential Club' Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Golkar: "Presidential Club" Bisa Permudah Prabowo Jalankan Pemerintahan

Nasional
Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Jokowi Diprediksi Gandeng Prabowo Buat Tebar Pengaruh di Pilkada 2024

Nasional
Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Kans Parpol Pro Prabowo-Gibran Dengarkan Jokowi Tergantung Relasi

Nasional
Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di 'Presidential Club'

Demokrat Yakin Jokowi-Megawati Bisa Bersatu di "Presidential Club"

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com