JAKARTA, KOMPAS.com - Pasangan calon presiden dan wakil presiden Megawati Soekarnoputri-Prabowo serta Jusuf Kalla-Wiranto mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk merevisi Daftar Pemilih Tetap (DPT) pemilihan presiden 2009 dari kekacauan. Kedua pasangan tersebut memberi waktu 1x24 jam kepada KPU untuk memperbaiki DPT itu.
Pengamat politik, Ray Rangkuti, mengatakan waktu 1x24 jam itu tidak realistis. Sebab, tidak mungkin memperbaiki DPT yang berjumlah puluhan juta itu. "Tidak mungkin mereka memperbaiki satu hari. Ajaib sekali itu, karena sulit," ujarnya kepada wartawan usai menghadiri silaturahmi kedua pasangan tersebut ke DPP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta Pusat, Minggu (5/7).
"Waktu 1x24 jam tidak realistis, tidak cukup," lanjutnya.
Menurut dia, tidak mungkin mengubah DPT seluruh Indonesia. Jangankan untuk Indonesia, kata dia, revisi pada satu kabupaten saja sulit dilakukan dalam waktu satu kali 24 jam. Apalagi harus mengubah bentuk file-nya dari program PDF ke Excel. Meski, tuturnya, Indonesia telah memiliki teknologi untuk itu. "Tapi untuk seluruh Indonesia itu masih sangat sulit. Satu kali 24 jam itu hanya gertakan saja. Karena tidak mungkin dilaksanakan," kata Ray.
Sementara, terkait masalah penggunaan Kartu Tanda Penduduk (KTP) untuk menggunakan hak pilih, Ray menilai hal itu tidak mampu mengatasi masalah DPT ini. Penggunaan KTP hanya mengatasi persoalan bagi masyarakat yang tidak terdaftar dalam DPT.
Sementara masalah DPT ganda tidak bisa diselesaikan dengan KTP. Namun, jika memang ada penambahan jumlah DPT, hal ini akan menimbulkan masalah baru. "Pertambahan jumlah pemilih itu, juga berisiko karena jumlah kertas suara yang dicetak persis yang ada di sini, yaitu 176 juta ditambah dua persen karena sesuai ketentuan UU seperti itu. Nah, kalau ada penambahan 10 juta misalkan, jadinya 186 juta, lalu yang 10 juta itu dicetak di mana? Padahal besok tinggal pemilunya," tukasnya.
Solusinya, lanjut Ray, bersihkan dulu DPT ganda. Baru setelah itu, dimasukkan DPT yang sesungguhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.