Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kalla: Pilpres Pertarungan Ideologi

Kompas.com - 23/05/2009, 18:09 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Calon presiden asal Partai Golongan Karya dan Partai Hati Nurani Rakyat (Hanura) Jusuf Kalla menilai, pemilu presiden dan wakil presiden mendatang bukan sekadar memilih orang. Pemilu presiden dan wapres merupakan pertarungan ideologi untuk kepentingan bangsa dan rakyat Indonesia.

"Pemilu mendatang merupakan pertarungan ideologi. Apakah kita mau menjalankan ekonomi yang mendorong kemandirian bangsa ini atau menjalankan ekonomi bebas," kata Kalla saat memperingati HUT ke-7 Kesatuan Perempuan Partai Golkar (KPPG) di Jakarta, Sabtu (23/5).

Menurut Kalla, pertarungan ini bisa berakibat jangka panjang. "Apa yang kita lakukan saat ini berakibat kepada 5 tahun ke depan," ujarnya.

Mantan Menko Kesra ini menjelaskan contoh bagaimana Amerika Serikat yang salah dalam memilih George Bush sebagai pemimpin AS akhirnya berbuntut pada ambruknya ekonomi masyarakat Indonesia. "Ketika hanya menang 8.000 saja, namun berakibat AS masuk ke dalam sejarah terburuknya. Ekonominya hancur hanya karena salah memilih orang yang tidak paham mengenai masalah bangsanya. Bush menjadi presiden terburuk dalam sejarah AS," tandasnya.

Belajar dari pengalaman pahit di AS, lanjut Kalla, Indonesia mestilah memilih pemimpin untuk memperbaiki atau menghancurkan bangsa. Hal inilah yang akhirnya menjadi pijakan bersama pasangan JK-Wiranto untuk maju. "Kita berharap menjadi pelaksana amanah dari bangsa untuk melanjutkan cita-citanya. Jadi bukan untuk kehormatan pribadi, namun untuk kemakmuran bangsa," ujar Kalla.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Tanggal 9 Mei 2024 Memperingati Hari Apa?

Nasional
Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Ganjar Kembali Tegaskan Tak Akan Gabung Pemerintahan Prabowo-Gibran

Nasional
Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Kultur Senioritas Sekolah Kedinasan Patut Disetop Buat Putus Rantai Kekerasan

Nasional
Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Kekerasan Berdalih Disiplin dan Pembinaan Fisik di Sekolah Kedinasan Dianggap Tak Relevan

Nasional
Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Kekerasan di STIP Wujud Transformasi Setengah Hati Sekolah Kedinasan

Nasional
Ganjar Bubarkan TPN

Ganjar Bubarkan TPN

Nasional
BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

BNPB: 13 Orang Meninggal akibat Banjir dan Longsor di Sulsel, 2 dalam Pencarian

Nasional
TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

TNI AU Siagakan Helikopter Caracal Bantu Korban Banjir dan Longsor di Luwu

Nasional
Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong 'Presidential Club'

Prabowo Diharapkan Beri Solusi Kuliah Mahal dan Harga Beras daripada Dorong "Presidential Club"

Nasional
Ide 'Presidential Club' Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Ide "Presidential Club" Dianggap Sulit Satukan Semua Presiden

Nasional
Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Halal Bihalal, Ganjar-Mahfud dan Elite TPN Kumpul di Posko Teuku Umar

Nasional
Pro-Kontra 'Presidential Club', Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Pro-Kontra "Presidential Club", Gagasan Prabowo yang Dinilai Cemerlang, tapi Tumpang Tindih

Nasional
Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Evaluasi Mudik, Pembayaran Tol Nirsentuh Disiapkan untuk Hindari Kemacetan

Nasional
Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Polri: Fredy Pratama Masih Gencar Suplai Bahan Narkoba Karena Kehabisan Modal

Nasional
SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

SYL Ungkit Kementan Dapat Penghargaan dari KPK Empat Kali di Depan Hakim

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com