Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 07/05/2009, 20:56 WIB

KOMPAS.com — SAAT Direktur PT Putra Rajawali Banjaran Nasrudin Zulkarnaen (50) tewas, muncul banyak sangkaan. Maklum, ada tiga nama besar yang terseret menjadi tersangka. Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi nonaktif Antasari Azhar, Komisaris Utama PT Pers Indonesia Merdeka Sigid Haryo Wibisono, serta Mantan Kapolres Metro Jakarta Selatan Komisaris Besar Wiliardi Wizar. Kasus pun dihubung-hubungkan dan dibedah dengan teori konspirasi.

Cara dan lokasi pembunuhan dianggap justru ingin menunjukkan kepada publik bahwa ada hal yang lebih besar ketimbang pembunuhan itu sendiri.

Aneh bahwa pelaku tidak mengubah nomor polisi sepeda motor dengan yang palsu sehingga kasus mudah terbongkar. Aneh bahwa pelaku menggunakan senjata api dan bukan senjata tajam. Bukankah dampak beritanya justru menjadi lebih besar saat pelaku membunuh dengan senjata api?

Aneh bahwa pelaku membunuh saat korban berada di mobil mewahnya. Mengapa bukan saat pelaku tidak dengan mobilnya? Aneh juga bila ini semua cuma dianggap para pelaku dan perancang pembunuhan teledor.

Saat Kapolri Bambang Hendarso Danuri mengumumkan ada sembilan tersangka, spekulasi berbasis teori konspirasi kian berkembang. Ada dugaan saling memeras dan bersekongkol di antara Nasrudin, Antasari, Sigid, dan Wiliardi. 

Dari hasil penyelidikan sementara, polisi menduga, Antasari minta bantuan Sigid untuk membereskan Nasrudin. Sigid lalu menghubungi Wiliardi dan menyerahkan uang Rp 500 juta.

Wiliardi lalu melibatkan dua perantara lain, Jr dan Ed. Ed lalu menyerahkan uang dan meminta empat pelaku membunuh Nasrudin. Tuduhan polisi tentu saja dibantah para pengacara tersangka.

Rani Juliani

Saat kisah-kisah yang diwarnai teori konspirasi surut. Media massa mulai menyajikan berbagai pemberitaan Rani Juliani (22). Maklum, buat publik, tokoh ini menggoda buat diikuti.

Buat media massa, ia  bisa masuk berita infotainment, politik dan hukum, maupun berita kriminal. Perempuan kelahiran Tangerang, 1 Juli 1986, ini bisa menjadi pergunjingan elok di antara ibu rumah tangga, kalangan politisi, bahkan para pengusaha.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com