Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Abdul Mukti
Dosen

Dosen Fisafat dan Pemikiran Islam

Redefinisi Manusia Indonesia dalam Demokrasi Kita

Kompas.com - 12/06/2024, 16:25 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

PERTANYAAN tentang siapa manusia Indonesia mungkin sudah jarang diajukan dalam hiruk pikuk kehidupan dan aktivitas manusia yang semakin kompleks, cepat, dan canggih.

Pertanyaan ini menjadi relevan kembali justru ketika banyak ditemukan anomali antara tujuan hidup manusia dan fakta-fakta yang cenderung merusak tujuan hidup.

Perjalanan dan perburuan untuk sampai pada posisi “sukses” di banyak bidang kehidupan seringkali menemukan anomali pada dirinya sendiri.

Kesuksesannya diraih, tetapi tidak membekas dan merasuk pada ketenangan batin sebagai tujuan terjauh dari manusia.

Bantuan teknologi yang semakin canggih dalam ikut memecahkan dan memudahkan kehidupan manusia tidak selalu berhasil gemilang, bahkan justru sering membawa problem baru.

Diduga ada yang keliru dalam mengelola nalar dan batin manusia oleh manusia itu sendiri.

Dalam bidang kehidupan politik, misalnya, Indonesia baru saja melewati hajatan lima tahunan berupa Pemilu: pemilihan presiden (Pilpres) dan pemilihan legislatif (Pileg).

Secara umum, pelaksanaan Pemilu berjalan aman dan damai. Namun demikian, banyak kalangan menilai bahwa Pemilu 2024 sebagai salah satu dari pilar demokrasi, mengalami perusakan dan penodaan dalam aspek supermasi hukum dan pemuliaan atas nilai-nilai anti-Korupsi, Kolusi, dan Nepotesime (KKN) sebagai cita-cita agung dari semangat Reformasi 1998.

Berbagai isu dan fakta kecurangan dan keadilan Pemilu—terutama oleh kekuasaan—yang disuarakan secara nyaring oleh kalangan perguruan tinggi, tokoh masyarakat, dan masyarakat sipil menjadi catatan kaki yang penting atas kehidupan politik di tahun 2024.

Meskipun teknologi telah menjadi pendamping bagi kerja-kerja politik di semua tahapan pelaksanaan Pemilu, namun dalam dirinya sendiri, menimbulkan masalah baru.

Kecanggihan teknologi dalam banyak hal, oleh pelakunya yang culas justru dijadikan alat untuk memuluskan “kesuksesan” yang tidak berdampak pada tujuan utama kehidupan manusia itu sendiri: ketenangan dan kebahagiaan batin.

Politik sebagai media untuk menyejahterakan masyarakat hanya ditukar posisinya sebatas sebagai alat dan tangga meraih nafsu kekuasaan oleh segelintir elite.

Filsafat Politik

Disadari atau tidak, telah lama ruang kehidupan politik kita hanya dipenuhi oleh berbagai kompetisi untuk merebut kekuasaan.

Seolah, politik Indonesia hanya identik dengan kegiatan Pemilu, Pilkada, dan berbagai kompetisi dalam Munas dan Muktamar partai politik.

Ruang-ruang itu hanya dijejali oleh para elite yang sedang memperjuangkan nasibnya sendiri: siapa dapat apa.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Bamsoet Janji Bakal Hadir pada Sidang Lanjutan MKD soal Isu Amendemen

Nasional
Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Calon Penumpang Pesawat Diminta Datang 3 Jam Lebih Awal ke Bandara Imbas Sistem Imigrasi Alami Gangguan

Nasional
KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

KY Sebut Tak Terdampak Ganguan PDN

Nasional
Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Prabowo Kumpulkan Ketum Parpol KIM Plus Erick Thohir di Kemenhan, Bahas Apa?

Nasional
Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Polri Hormati Langkah Pihak Pegi Setiawan Ajukan Praperadilan

Nasional
Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Prabowo Mangkir Panggilan PTUN soal Gugatan Bintang 4, Pilih Hadiri Penyematan Bintang Bhayangkara Utama Polri

Nasional
Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Respons Gerindra dan PAN Saat Golkar Sebut Elektabilitas Ridwan Kamil di Jakarta Menurun

Nasional
Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Gerindra Tak Paksakan Ridwan Kamil Maju di Pilkada Jakarta

Nasional
Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Rangkaian Puncak Haji Berakhir, 295 Jemaah Dibadalkan

Nasional
Gerindra: Memang Anies Sudah 'Fix' Maju di Jakarta? Enggak Juga

Gerindra: Memang Anies Sudah "Fix" Maju di Jakarta? Enggak Juga

Nasional
Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Alasan Polri Beri Tanda Kehormatan Bintang Bhayangkara Utama ke Prabowo: Berjasa Besar

Nasional
Kuota Tambahan Haji Reguler Dialihkan ke Haji Plus, Gus Muhaimin: Mencederai Rasa Keadilan

Kuota Tambahan Haji Reguler Dialihkan ke Haji Plus, Gus Muhaimin: Mencederai Rasa Keadilan

Nasional
Polri Klaim Penyidik Tak Asal-asalan Tetapkan Pegi Setiawan Jadi Tersangka Pembunuhan 'Vina Cirebon'

Polri Klaim Penyidik Tak Asal-asalan Tetapkan Pegi Setiawan Jadi Tersangka Pembunuhan "Vina Cirebon"

Nasional
Menkominfo Janji Pulihkan Layanan Publik Terdampak Gangguan Pusat Data Nasional Secepatnya

Menkominfo Janji Pulihkan Layanan Publik Terdampak Gangguan Pusat Data Nasional Secepatnya

Nasional
Terdampak Gangguan PDN, Dirjen Imigrasi Minta Warga yang ke Luar Negeri Datangi Bandara Lebih Awal

Terdampak Gangguan PDN, Dirjen Imigrasi Minta Warga yang ke Luar Negeri Datangi Bandara Lebih Awal

Nasional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com