ENDE, KOMPAS.com - Rumah pengasingan Bung Karno di Ende, Nusa Tenggara Timur, dipadati pengunjung menjelang peringatan hari lahir Pancasila yang akan jatuh pada Sabtu (1/6/2024) besok.
Kompas.com berkesempatan mengunjungi rumah pengasingan Bung Karno yang berlokasi di Kampung Ambugaga, Kotaraja, Ende, Jumat (31/5/2024).
Pantauan Kompas.com, kawasan di sekitar rumah pengasingan juga ramai karena masyarakat se-Kabupaten Ende menggelar pawai budaya meramaikan hari lahir Pancasila.
Dalam pawai itu, banyak masyarakat dari berbagai kecamatan di Ende, berjalan kecil dengan mengenakan baju adat daerah-daerah di Indonesia.
"Memang setiap tahun ada kegiatan parade seperti yang kita laksanakan saat ini. Dan besok puncaknya 1 Juni lahirnya Pancasila yang sudah disahkan untuk tingkat nasional diadakan di Kabupaten Ende. Maka, lahirnya Pancasila, rahimnya Pancasila itu ada di Kota Ende," kata Juru Pelihara Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Syafrudin, saat ditemui Kompas.com, Jumat.
Baca juga: Kisah Pengasingan Soekarno, Pohon Sukun di Ende, dan Lahirnya Gagasan Pancasila
Tak heran, Ende juga dijuluki sebagai Kota Pancasila karena menjadi tempat bersejarah lahirnya dasar negara Indonesia itu.
Berdasarkan catatan sejarah, Bung Karno melakukan perenungan panjang mengenai Pancasila saat diasingkan di Ende pada 1934-1938.
Bung Karno dikisahkan sering duduk di bawah pohon sukun merenungkan dan mengabstraksikan pikiran-pikiran hingga melahirkan rumusan sila-sila Pancasila.
Salah satu warga di sekitar rumah pengasingan, Sri Wahyuni, mengaku senang setiap menjelang hari lahir Pancasila.
"Antusias, senang ramai to, biasanya enggak terlalu ramai seperti ini to. Sampai kami dari rumah ini mau pergi nonton juga," ujar Sri Wahyuni.
Sementara itu, puluhan pengunjung tampak bergantian masuk ke rumah pengasingan Bung Karno untuk melihat benda-benda koleksi sang proklamator dan keluarganya.
Baca juga: Jokowi Kunjungi Rumah Pengasingan Bung Karno di Ende, Titik Lahirnya Pancasila
Saat diasingkan Belanda ke Ende pada 14 Januari 1934-18 Oktober 1938, Bung Karno memang tidak sendiri.
Ia menjalani pengasingan selama empat tahun bersama istrinya, Inggit Garnasih; mertuanya, Ibu Amsi dan kedua anak angkatnya, Ratna Juami dan Kartika.
Rumah bergaya tradisional dan desain sederhana itu mengoleksi sejumlah benda-benda sakral peninggalan Bung Karno selama diasingkan.
"Ada koleksi barang-barang peninggalan Bung Karno, ada ruang tamunya Bung Karno, kamar tidur Bung Karno dan kamar tidur Ibu mertua dan salah satu yang kita ketahui itu ruang sholatnya Bung Karno, itu semua kita ketahui. Ada ruang tamu. Yang kita sakral itu ada ruang tidur sama ruang sholatnya Bung Karno," ujar Syafrudin.