JAKARTA, KOMPAS.com - Mantan Kepala Dinas Penerangan (Kadispen) TNI Angkatan Udara (AU) Marsekal Pertama (Purnawirawan) Agung "Sharky" Sasongkojati mewanti-wanti drone bisa dimanfaatkan untuk tujuan kriminalitas.
Sharky menjelaskan, TNI AU pun bertugas memastikan drone yang kini didesain mampu terbang melintasi berbagai halangan, digunakan untuk tujuan yang baik saja.
"Ada tugas misi dari Angkatan Udara untuk memastikan drone ini hanya digunakan untuk tujuan yang baik, tidak digunakan untuk tujuan-tujuan lain, yang mungkin tidak hanya sekadar bahaya bagi keamanan pertahanan, namun juga dari segi kriminalitas," ujar Sharky dalam program BrigadeKompas.com, Kamis (30/5/2024)
"Karena drone ini dengan kemampuan untuk terbang, meloncati halangan seperti rumah, tembok, bukit, gunung, pohon, 3 dimensi, dia juga bisa digunakan untuk selain hal yang positif, ambil gambar, ambil foto, pemetaan, survei, macam-macam," ujar dia.
Sharky menjelaskan, drone yang sudah berkembang saat ini bisa dipakai untuk mengantar narkoba, mengintai polisi, hingga merencanakan kejahatan.
Baca juga: Drone : Game Changer Kekuatan Udara TNI AU
Selain itu, drone juga bisa dimanfaatkan untuk menjatuhkan bahan peledak ataupun racun.
"Menjatuhkan di tangki air, dia jatuhkan racun kan bisa juga tanpa ketahuan. Karena bisa terbang di malam hari," ucap Sharky.
Menurut Sharky, fungsi drone yang awalnya hanya untuk keperluan pengambilan foto, kini bisa digunakan untuk keperluan negatif lain.
Dia menyebut drone bahkan bisa dipakai untuk menabrakkan diri kepada target.
Sementara untuk keperluan militer, drone sudah berkembang beberapa tahun belakangan di Indonesia untuk pengintaian, sasaran tembak, dan mapping.
Ia mengatakan, TNI AU pun sudah memiliki drone medium altitude yang bisa digunakan untuk mengintai dan melakukan survei dalam rangka mengambil data-data daripada sasaran yang ada di bawah secara efisien.
Sebab, dengan drone, tidak perlu ada manusia di dalamnya yang membutuhkan kebutuhan lain jika terbang selama berjam-jam.
"Namun dengan drone, itu bisa teratasi karena dia sanggup terbang lebih dari 8 jam, 10 jam, 12 jam. Sehingga manusia tetap di bawah dan bisa bebas pergi ke toilet atau apa, sehingga bisa lebih efektif. Dan malam juga tidak jadi halangan, karena malam bisa terbang tanpa orang di dalamnya yang takut malam atau ngantuk. Bisa digantikan. Jadi drone sudah digunakan untuk pengintaian di Indonesia," kata Sharky.
Baca juga: Indonesia Perlu Kembangkan Sendiri Drone AI Militer Untuk Cegah Kebocoran Data
Sementara itu, Sharky menyebut harga drone selama 5 tahun terakhir menjadi semakin murah.
Meski murah, drone tersebut sudah mumpuni untuk dipakai dalam rangka keperluan militer.
"Hanya tinggal mesinnya mampu terbang berapa lama, seberapa besar pesawatnya, dan akhirnya pesawat cukup besar, bahan bakar banyak, mesin kuat," katanya.
"Maka yang tadinya autopilot yang digunakan untuk survei, yang hanya untuk terbang 1-2 jam, sekarang bisa digunakan untuk terbangkan drone 5-6 jam bawa bahan peledak, melintasi negara, gunung, bahkan disetel untuk terbang rendah sesuai mengikuti kontur sehingga bisa menyerang dari jarak jauh dan bebas dari tangkapan radar," imbuh Sharky.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.